MIO J : MENGGANTI SHOCK
ABSORBER DEPAN MIO J DENGAN SHOCK ABSORBER DEPAN X-RIDE - PART 2
Bahwa shock depan Mio J hanya cocok dengan piringan dan velg
depan Mio J, sehingga shock depan X-Ride yang akan menggantikannya tidak cocok
dengan velg depan Mio J sudah dikemukan pada tulisan MIO J : MENGGANTI SHOCK ABSORBER DEPAN MIO J DENGAN SHOCK ABSORBER DEPAN
X-RIDE - PART 1. Hal ini dikarenakan tiga perbedan : (1) letak lubang baud
untuk menempelkan kaliper pada kepala babi tabung shock, (2) ukuran diameter piringan,
dan (3) jumlah lubang baud untuk menempelkan piringan pada velg. Tulisan ini
merupakan tulisan lanjutan dari bagian pertama tersebut mengenai catatan upaya saya
dalam memadukan shock depan X-Ride dengan velg Mio J yang tidak berkecocokan
itu.
Awalnya, saya berpikir bahwa tidak mungkin bisa memadukan
velg Mio J dengan shock depan X-Ride. Solusi simpelnya mending beli velg depan
dan piringan X-Ride. Atau kalau mau sedikit sensasi, beli piringan dan velg
depan Nouvo - yang memiliki piringan dan lubang baud pada velg depannya sama
dengan velg depan X-Ride. Saya tidak menginginkan keduanya, karena jika diganti
dengan velg X-Ride hanya akan mengeluarkan dana besar tapi tidak mendapat taste
dan tampilan yang berbeda sedikit pun karena ukurannya persis sama dengan velg
depan Mio J. Jika dengan velg depan Nouvo, ada perbedaan taste dan tampilan
karena ukurannya 16 inchi, tapi ban untuk ukuran ini selain susah diperoleh,
harus pula memperhitungkan jarak amannya dengan air scoop.
Akhirnya saya fokus ke memadukan shock depan X-Ride
dengan velg Mio J. Saya mulai memikirkan beberapa kemungkinan yang akan saya
lakukan, antara lain :
a. Memodif piringan X-Ride (220 mm):
1) Menutup lubang baud piringan X-Ride
Karena
lubang baud velg roda depan Mio J ada tiga, sedangkan piringan X-Ride berlubang
baud empat, maka jumlah dan letak lubang baud piringan X-Ride harus mengikuti
lubang baud pada velg Mio J. Artinya satu lubang baud pada piringan X-Ride
masih bisa dimanfaatkan, sedangkan tiga lubang baud lagi harus ditutup dahulu
dengan cara menambah ’daging’. Kemudian dibuat dua lubang baud baru. Untuk
tujuan tersebut, saya akan memanfaatkan jasa tukang las.
2) Membuat dua lubang baud baru yang
diameter dan posisinya dengan yang ada pada piringan Mio J, dengan menjadikan
piringan Mio J sebagai malnya. Piringan Mio J (mal) dan piringan X-Ride yang
berlubang baud satu akan saya bawa ke
bengkel bubut. Saya akan minta bengkel bubut terlebih dahulu meratakan dan
menghaluskan permukaan ’bekas operasi plastik’ karya tukang las. Setelah itu
baru minta dia membuat dua lubang lagi dengan menggunakan mal piringan Mio J.
Namun, sebelum rencana tersebut terlaksana,
ada hal yang menciutkan hati saya, karena ketika kedua piringan (Mio J dan
X-Ride) ditumpukkan, baru ketahuan, ternyata :
1) Diameter lobang tengah piringan Mio J
(hijau) lebih kecil daripada diameter lobang
tengah piringan X-Ride (merah).
2) Posisi dari tiga lubang baud piringan
Mio J terletak lebih dekat ke sumbu roda dibanding dengan posisi dari empat
lubang baud piringan X Ride. Sehingga, jika membuat lubang baud pada piringan
X-Ride yang sama dengan posisi lubang baud pada piringan Mio J, akan berada di
pada tepi lubang tengah piringan X-Ride.
Membuat tiga lubang baud piringan Mio
J pada piringan X-Ride
akan berada di tepian lubang
tengahnya
Agar pas, ada yang menyarankan untuk
menggabungkan kedua piringan tersebut dengan cara mengambil bagian tengah
piringan Mio J dan mengambil bagian luar piringan X-Ride, kemudian disatukan
dengan jalan dilas. Cara ini sering dilakukan untuk mendapatkan gear yang pas
dengan keinginan modifikasi kecepatan motor. Saran ini nampaknya masuk akal dan
secara teknis memungkinkan dilakukan oleh tukang bubut dan tukang las. Namun
jika tidak dikerjakan dengan seksama, hasilnya akan kurang presisi,
bergelombang, dan karena piringan berlobang-lobang maka yang dilasnya tidak
diseluruh lingkaran, akhirnya kurang aman, penyambung lasannya bisa lepas saat
direm. Untuk kedua kalinya, ini membuka mata bahwa kalau ganti shock depan Mio
J dengan shock depan X-Ride harus ganti pula piringan dan velgnya.
b. Memodif piringan produk variasi Mio J
lebar (260 mm)
Adanya
kabar bahwa telah muncul piringan Mio J lebar yang dikeluarkan oleh pabrik
variasi racing (Scarlet, TDR, PSM, GBS, Monster Energy, Fotus, IMB, Nagoya,
Scoyco, Kawahara, dll.) membuat saya penasaran. Lubang baud dan lubang
tengahnya sama dengan piringan standar Mio J. Yang beda cuma diameter, warna,
dan lubang-lubang variasinya. Nah yang ini nampaknya lebih memungkinkan, dengan
pilihan :
1) Tanpa breket. Piringan lebar Mio J
yang berdiameter 26 cm dikupas lingkaran bagian luarnya sekitar 4 cm, dibuat
berdiameter 22 cm seperti punya X-Ride. Resikonya, tepi piringan pas
lubang-lubang variasi piringan. Artinya harus dirapihkan agar tidak tajam.
2) Dengan breket. Breket ini dibuat
untuk menyambungkan shock dengan kaliper yang perlu mundur guna mengimbangi
piringan yang diameternya bertambah 6 cm dari piringan standar Mio J. Ini
nampaknya lebih aman dan mudah.
Setelah beberapa hari mencari ke sana
ke mari di kotaku, saya hanya mendapatkan piringan lebar merk Monster Energy yang
ternyata sudah satu set dengan breket dan dua buah baud untuk menyatukan breket
dengan kaliper. Sedangkan breket dan shock depan disatukan dengan baud bawaan
Mio J yang standarnya untuk menyatukan shock dengan kaliper. Piringan ini
didapat justru bukan di toko variasi besar, tapi di bengkel kecil dan tambal
ban. Harganya Rp. 130.000.
Tgl 1 Juni 2014, saya bawa motor Mio
J ke beres Yamaha A untuk memintanya berskperimen menggantikan shock depan dan
piringan Mio J dengan shock depan X-Ride dan piringan Monster Energy. Hasilnya
:
1. Kabel
rem jadi kependekan, namun masih cukup aman bergerak (tidak mengerem sendiri)
dengan cara melepas (tidak memasang) plat penjepit kabel rem bagian atas (yang
menempel pada segitiga garpu), dan melepas jepitan plat penjepit bagian bawah
pada karet, karena posisi sang karet jadi turun. Penjepitnya sendiri tidak
dilepas.
2. SPEEDOMETER
CABLE ASSY atau kabel speedometer jadi kependekan, tertekuk, namun masih bisa dibawa
bergerak naik-turunnya shock / roda.
3. Breket
dan piringan Mio J lebar Monster Energy ini sangat PNP dengan shock X-Ride dan
velg Mio J. Namun karena cocoknya untuk shock Mio J, maka ketika diganti dengan
shock X-Ride, braketnya jadi kelebaran, sehingga piringan hanya tergigit kanvas
rem selebar 0,7 cm. Ketika direm menimbulkan suara seperti bergetar dan kurang
pakem.
4. Menambah tinggi motor bagian depan.
Sekarang menjadi tidak nungging, karena imbang dengan bagian belakang yang
shocknya sudah diganti dengan milik X-Ride duluan.
5. Ketika dienjot-enjot, shock depan
lebih empuk karena jarak mainnya lebih lebar.
6. Saat menggunakan standar tengah, ban
belakang menyentuh tanah, bahkan bisa berbahaya karena standar tengah bisa terangkat
dan menutup dengan mudah jika motor kena dorongan atau senggolan dari belakang,
yang akhirnya motor bisa jatuh.
7. Saat ditandar samping motor makin
sangat miring ke kiri (bisa jatuh).
8. Dengan melihat kondisi nomor 6 dan 7,
maka standar tengah dan samping harus segera diganti dengan yang lebih tinggi
dan kompatibel dengan batang as dan lubang yang menyatukannya pada mesin Mio J.
Itu tidak lain standar tengah dan samping milik X-Ride.
Breket
yang menyambungkan shock dengan kaliper bawaan merk Monster Energy begitu PNP.
Plat penjepit kabel rem bagian atas yang dilepas.
Karet
pengaman kabel yang posisinya menjadi turun
menjadikannya tidak bisa dijepit penjepit kabel
rem bagian bawah.
SPEEDOMETER CABLE ASSY yang
tertekuk kependekan.
Piringan lebar Mio J merk
Monster Energy dengan breket bawaannya yang dipasang pada shock X-Ride hanya
tergigit kanvas rem selebar 0,7 cm, karena posisi lubang baud pada kepala babi
shock X-Ride lebih mundur dibanding yang ada pada shock Mio J.
Melihat kondisi yang demikian,
masih perlu adanya upaya untuk mengganti kabel speedometer dengan yang lebih
panjang, seperti yang disarankan mekanik di beres Yamaha A, dan penyesuaian
breket agar kanvas bisa menggigit piringan lebih lebar.
Masalah kabel speedometer ini
belum terpecahkan karena setelah berkeliling kota mencarinya di toko-toko variasi,
kabel speedometer yang panjang tidak ditemukan. Untuk sementara biarkan saja
begitu.
Kemudian saya beralih ke
masalah penyesuaian breket. Ada beberapa pilihan yang bisa ditempuh, antara
lain :
1. Dengan
membuat lubang baud yang lebih dekat pada breket bawaan piringan Mio J lebar
merk Monster Energy,
2. Kalau
ada di pasaran, membeli piringan variasi 26 cm untuk X-Ride, untuk diambil
breketnya saja, piringannya nganggur.
3. Membuat
breket baru di tukang bubut.
Untuk pilihan kedua, selain
dirasa kurang efisien, ternyata piringan X-Ride lebar 26 cm belum ada di kota
saya. Maka ditempuhlah pilihan kesatu
dan ketiga dengan mengunjungi bengkel bubut pada tgl 3 Juni 2014. Kepada
mekanik, saya tunjukkan shock depan X-Ride, breket dan piringan lebar Mio J
merk Monster Energy yang sudah terpasang pada roda depan Mio J dan bekas
gesekan kanvas pada piringan tersebut. Saya minta agar mekanik melakukan
penyesuaian breket sehingga kanvas rem bisa menggit piringan lebih besar.
Setelah ditimbang-timbang oleh mekanik, diketahui bahwa pilihan ke satu
walaupun secara teknis mudah dibuat tapi
tidak aman karena sisanya sangat sempit, sementara bahan breketnya sendiri diduga
terbuat dari aluminium karena sangat ringan.
Jika dipaksakan bisa retak bahkan patah. Maka ditempuhlah pilihan
ketiga. Membuat breket !
Mekanik memilih plat besi
setebal 3 mm. Ukur sana ukur sini. Potong sana, potong sini, bubut sana bubut
sini. Ia bolak -balik. Kemudian ia meminta saya membeli dua buah baud 14 mm
yang panjangnya 3 cm beserta murnya. Harganya Rp. 3.000. Dua jam kmudian
jadilah breket datar yang sangat kuat. Kemudian dipasang pada shock dengan dua
pasang baud dan mur yang baru dibeli dan dua baud lain bawaan Mio J untuk menyatukan breket dengan
kaliper. Berbeda dengan breket Monster Energy yang bersengked, breket
buatan mekanik bubut ini datar. Perbedaan ini berkonsekuensi pada pemasangan.
Jika breket Monster Energy yang bersengked menempelkan secara presisi tepi satu
sengkedan di belakang shock dan tepi sengkedan lainnya di depan kaliper,
sedangkan tepi-tepi breket datar buatan mekanik ditempel di depan shock dan di
depan kaliper. Untuk mengatasi kerenggangan antara breket datar dengan kaliper
akibat breket yang datar sekaligus pengganti teknik sengkedan, mekanik membuat
ganjal (bos) yang terbuat dari dua buah mur bekas yang di kupas agar presisi
sebelum ditusuk baud. Memang mengurangi estetika sih karena sebagian kepala
babi shock tertutup breket. Kebanyakan mekanik lebih memikirkan masalah
fungsionalitasnya saja dan tidak terlalu mengekspresikan masalah estetikanya.
Saya pikir biarlah, masalah estetikanya nanti saja bagian saya. Urusan begini
harus santai dan tidak bisa dipaksakan untuk dikerjakan mekanik. Yang penting
solusi utama berupa breket yang kuat dengan lubang baud yang presisi buatan sang
mekanik ini patut diacungi jempol. Untuk hasil kreasinya ia minta saya bayar Rp. 65.000. Jreng saya bayar dan
pulang. Ketika dicoba, pengereman sangat pakem dan stabil, tidak ada getar dan
suara apapun. Tenang dan nyaman.
Breket Monster Energy untuk Mio J yang
bersengked, presisi, rapi dan estetik saat dipasang. Namun fungsionalitasnya
berkurang, karena shocknya bukan bawaan Mio J, kurang menggigit piringan.
Breket buatan mekanik, sangat
kuat dan fungsional, bagian piringan yang digigitnya lebih lebar (3 cm), namun
kurang rapih dan estetis. Bagaimanapun ini lebih baik dibanding beberapa biker
yang minta dibuatkan tukang las, pinggiran dan lobang baudnya bergerigi tidak
beraturan (rebek).
Untuk memembuatnya mudah
bongkar pasang, saya langsung beli empat baud 14 mm yang panjangnya 4 cm beserta
mur dan ringnya yang bisa dibuka dengan kunci pas atau kunci sok, menggantikan
baud bawaan Mio J dan breket Monster yang harus pakai kunci bintang. Untuk
merapikan dan mempresisikan, saya membeli ampelas besi dan kikir. Kemudian
mendatangi tempat penjual rongsokan guna mencari pipa besi kecil untuk bahan
pembuatan bos pengganti dua mur yang difungsikan jadi bos. Baud dan pipa saya
potong dengan gergaji besi sesuai ukuran dua baud yang dijadikan bos, kemudian
ujungnya dihaluskan dan dipresisikan mengikuti kerenggangan antara breket
dengan piringan, dengan menggunakan kikir dan ampelas beberapa hari saat punya
waktu luang. Akhirnya baud dan bos selesai. Namun untuk breket, setelah dicoba dengan
cara yang sama agak berat. Akhirnya saya minta jasa tukang bubut lain untuk
melakukannya. Tidak mudah mendapat tukang bubut yang one heart dan revs our
heart. Seperti saat itu, saya minta tukang bubut untuk merapikannya dengan
digerinda agar rapi, ia malah ngotot dengan las. Sudah bisa ditebak hasilnya,
walau bekas lasannya ia gerinda juga,
hasilnya tetap kurang rapi, bahkan ditambah dengan bekas pukulan palu. Untuk
kedua kalinya membuktikan, bahwa kebanyakan mekanik lebih memikirkan masalah
fungsionalitasnya saja dan tidak terlalu mengekspresikan masalah estetikanya.
Apa hendak di kata, bayar deh Rp. 15.000. Esoknya saya pikir lebih baik mencari
tukang las sekalian, tapi yang punya gerindra dan pekerjaannya sedang agak
lengang. Sukurlah ketemu dan kebetulan orangnya ramah banget bahkan nagajak
ngobrol banyak hal. Saya jelaskan keinginan saya, ia pun mengangguk. Setiap
selesai mengerjakan, ia memperlihatkan hasilnya dan menanyakan sudah cukup atau
belum. Jika saya jawab belum ia pun mengerjakannya kembali tanpa ba bi bu.
Ketika selesai ia minta dibayar Rp. 10.000.
Wah kalau saja langsung ke sini. Beberapa hari kemudian saya bawa breket
ke bengkel cat duco. Saya minta agar breket di cat warna hitam, dengan diawali
cat dasar (epoxy) dahulu karena bila dicat
langsung apa lagi pakai pylox, catnya
cepat mengelupas. Ternyata bengkel lebih tahu. Breketnya saya tinggalkan, sore saya ambil,
dibayar Rp. 10. 000. Lalu saya pasang.
Hasilnya
kuat, presisi, dan lumayan keren ! Piringan
lebar 26 cm Monster Energy untuk Mio J, breket buatan mekanik yang telah dicat
bengkel pengecatan mobil, bos buatan saya dan mur yang sudah saya potong dan
rapihkan, velg bawaan Mio J kini begitu kompatibel dengan shock depan X-Ride.
Saat dikendarai, motor Mio J saya jadi begitu nyaman diayun dan dipantulkan
shock-shock X-Ride. Pengereman pun amat pakem, karena piringan yang digigit
lebih lebar dari gigitan Mio J standar. Tapi, tentu saja, motor dengan shock absorber yang empuk apa lagi memantul-mantul atau tidak stiff kurang nyaman dan tidak cocok dibawa lari dalam kecepatan tinggi. Kalau jalannya rusak melulu, mau lari bagaimana?
Yang jadi peer selanjutnya adalah (1) mengganti standar
tengah dan samping Mio J dengan standar tengah dan samping X-Ride, dan (2)
mencari kabel speedometer yang lebih panjang, kalau tidak ada dari YGP, ya dari
produk variasi.