Jumat, 07 November 2014

MIO J : MENGGANTI VELG MIO J STANDAR 
DENGAN VELG MIO LEBAR

Keinginan mengganti velg bawaan Mio J dengan velg yang ukuran diameternya atau rim yang lebih besar ternyata menghadapi beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan, antara lain :

a.   Jika menggantinya dengan velg rim 16
Velg rim 16 dari Yamaha adalah velg bawaan Yamaha Nouvo. Di YGP velg castingnya  sangat mahal, sekitar Rp. 700 ribuan satu biji, lebih tinggi Rp. 200 ribuan dari rim 14 (Mio J, X-Ride). Namun yang paling menjadi masalah adalah ukuran ban 70/90-16 (standar ban depan Nouvo) dan 80/90-16 (standar ban belakang Nouvo) yang kurang aman karena agak gasruk jika dipasang di Mio J, sedangkan ban ukuran lain yang lebih rendah misalnya 60/80-16 (termasuk ban dalamnya) susah didapat. Selain itu, perbedaannya, dengan velg standar ukuran 14 tidak terlalau mencolok saat dipandang.

b.   Jika menggantinya dengan velg rim 17
Dengan velg rim 16 dan ban standar yang aman sudah agak gasruk, apalagi dengan velg rim 17 yang banyak dipakai di motor bebek dan sport. Agar tidak gasruk ke air scoop atau filter udara ketika dipasang di Mio J, ukuran ban yang digunakan harus yang tipis. Modif dengan ukuran begini hanya cocok di drag jarak pendek. Untuk harian jarak jauh dan mengarungi jalanan berbatu atau berlubang sangat tidak aman. Ban tipis akan mengancam velg dan ban sendiri, sehingga velg bisa bengkok atau bahkan patah, dan ban bisa pecah. Di kalangan anak muda modif begini menjamur, karena terkadang “kecerobohan, kesembronoan” sering dianggap gaya hidup kaum muda ’pemberani’.

c.    Jika menggantinya dengan velg rim 14 lebar
Dengan kembali ke tujuan modif - yaitu membuat ground clearance jadi tinggi, dengan suspensi yang lebih empuk, namun tetap aman - maka dalam batas-batas tertentu, nampaknya kombinasi velg berrim kecil dengan ban berukuran tebal (tinggi dan lebar) lebih baik daripada kombinasi velg berrim besar dengan ban berukuran cacing (tipis dan kecil). Apa lagi jika rim velegnya juga lebar memiliki rasio yang sesuai dengan lebarnya ban, akan diperoleh stabilitas yang lebih baik karena gripnya lebih besar mencengkram jalan. Jika ada ukuran ban yang ketinggiannya lebih dari standar tanpa gasruk justru lebih baik karena makin mengamankan velg dan makin empuk. Oleh karenanya velg rim 14 lebar saya rasa lebih menggoda. Tentu saja atas pertimbangan pribadi. Gayung bersambut, velg 14 variasi berrim lebar sudah bisa didapat di toko variasi A (sebut saja begitu untuk membedakan dengan toko lainnya) di kotaku. Ada merk Power dan Rossi. Yang merk Power harganya Rp. 800.000 per set (du buah, depan dan delakang) dan yang merk Rossi harganya Rp. 600.000 satu set. Jika dibandingkan dengan velg ori standar Yamaha yang mencapai Rp. 500.000 an satu biji, tergolong lebih murah. Harus cari duit dulu atau cari second-nya agar lebih murah.

Tanggal 31 Agustus 2014, saya main ke toko variasi tersebut. Yang ada dari merk Power saat itu untuk Beat. Untuk Mio J harus pesan dahulu, dan bisa datang dalam waktu tiga hari. Kemudia dia menawari velg lebar second-an merk Power tipe rose untuk Mio lama, harganya Rp. 300.000. Lebarnya, yang depan 2,5 inchi, yang belakang 3,0 inchi. 


Saya tidak tahu mana yang terbaik. Mending pakai velg lebar Power untuk Mio J yang harus dipesan dahulu dengan harga lumayan tinggi, atau mending pakai veleg lebar second yang masih dari Power untuk Mio lama yang sudah ada dengan harga lebih murah 60 % lebih dari harga baru.

Saya sadar bahwa shock breaker depan bawaan Mio J saya sudah diganti dengan punya X-Ride namun veleg depan tetap punya Mio J. Penyesuaiannya dilakukan dengan merubah breket caliper dan aplikasi piringan lebar Mio J. Ini menunjukan, bahwa mending pakai veleg depan lebar yang sama untuk Mio J lagi karena kemungkinannya plek-plek saja tidak perlu penyesuaian hal lainnya lagi.

Namun, saat itu saya memilih veleg lebar Power untuk Mio lama. Pertimbangannya : sudah ada barangnya, murah, bisa dipasang saat itu juga, dan ada jaminan bahwa kalau sudah bosan bisa dibeli lagi oleh toko tersebut.

Ketika diperhatikan, velg lebar Power untuk Mio lama second ini oleh pembeli pertamanya dicat. Bawaan aslinya di-chrom. Toko tersebut mengelupaskan catnya dengan soda api,dan tampaklah pengelupasan chrom bawaannya yang kurang baik, chrom bawaannya masih tampak di beberapa bagian dengan tidak merata. Artinya velg ini perlu dibersihkan dan direhab dahulu.

Saya berpikir untuk memilih antara di-chrom kembali, dicat kembali, atau dipoles. Akhirnya, karena tempat meng-chrom jauh, dan kalau dicat kembali akan tergores lebih cepat, saya milih untuk dipoles saja. Saya coba mendatangi toko variasi velg mobil. Awalnya mereka ragu, tapi setelah diyakini pengerjaannya sama saja dengan memoles velg mobil, mereka mau. Untuk biaya membersihkan chrom dan memoles hingga kinclong, mereka minta Rp. 300.000 dengan pengerjaan selama 4 hari. Mahal juga ya. Artinya kalau untuk moles veleg mobil bisa dua kali lipat tuh. Karena kalau dikerjakan sendiri akan memakan waktu yang lama dan alat bahannya tidak tahu, ya saya setuju. Dipikir-pikir jadi Rp. 600.000 tuh beli veleg. Ya nasi sudah jadi bubur. Maju terus !

Mencari perbandingan lebar velg dengan lebar ban yang pas
Lebar velg dan ukuran ban standar keluaran pabrik saya pandang sudah memperhitungkan aspek keamanan dan dan kenyamanannya. Oleh karenanya, untuk mencari rasio aman saat merubah ukurn lebar velg dan lebar ban bisa belajar dari ukuran velg dan ukuran lebar ban standar. Dari Mio J misalnya, velg bawaan bagian depan memiliki lebar 1.4 inchi atau 35 mm dengan asumsi 1 inchi sama dengan 25 mm. Velg dengan lebar 35 mm ini dipasangi ban yang lebarnya 70 mm. Sedangkan velg belakangnya memiliki lebar 1.8 inchi atau 45 mm, dan dipasangi ban yang lebarnya 80 mm. Jadi, baik ban depan maupun ban belakang standar selalu lebih 35 mm dari lebar velgnya. Artinya selalu terbagi 17,5 mm dari sisi kiri velg dan 17,5 mm dari sisi kanan velg. Kita perlu yang pas atau mendekati selisih tersebut.


Dengan demikian, untuk velg depan merk Power yang lebarnya 2,5 inchi (63 mm) memang tidak ada yang bersellisih 35 mm. Yang mendekati selisih tersebut adalah ban yang lebarnya 90 mm atau 100 mm. Sedangkan untuk velg belakang yang lebarnya 3,0 inchi (75 mm) bisa dipasangi ban yang lebarnya 110, selisihnya pas 35 mm.

Mencari ukuran ban depan yang tidak gasruk
Untuk mencari ukuran ban depan yang lingkaran luarnya tidak gasruk ke part terdekat khususnya air scoop di belakang roda, dapat dilihat dari bagian MIO J : MEMILIH UKURAN RODA YANG LEBIH TINGGI DAN SAFE UNTUK MIO J, yang antara lain perkiraan kondisinya jika masih menggunakan velg roda depan rim 14 :


Dengan melihat tabel di atas, banyak yang bisa dipilih. Ban yang berukuran 80/90-14 dan 90/80-14 paling aman, kemudian ukuran 100/70-14 dan 100/80 cukup aman buat melindungi velg dan tidak gasruk ke air scoop.

Dari perbandingan lebar velg dengan lebar ban, diketahui untuk membalut velg depan yang lebarnya 2,5 inchi, idealnya adalah dengan ban yang lebarnya 90 mm atau 100 mm.

Sedangkan untuk mencari ukuran lebar ban depan yang tidak gasruk ke pinggir khususnya tabung shock dapat dilihat di bagian MIO J : MEMILIH UKURAN LEBAR BAN YANG SAFE UNTUK MIO J, bahwa jika masih menggunakan veleg rim 14 maka lebar ban maksimum menyentuh tabung shock adalah 108 mm.

Kesimpulannya, ukuran ban yang tidak gasruk ke kiri-kanan, dan tidak gasruk ke air scoop Mio J, dan sekaligus aman bagi velg adalah ban berukuran 90/80-14, 100/70-14, dan 100/80-14.

Mencari ukuran ban belakang yang tidak gasruk
Untuk mencari ukuran ban belakang yang tidak gasruk ke tengah box filter udara dapat dilihat dari bagian MIO J : MEMILIH UKURAN RODA YANG LEBIH TINGGI DAN SAFE UNTUK MIO J, yang antara lain perkiraan kondisinya jika masih menggunakan velg roda depan rim 14 :


Dari tabel terlihat bahwa ban yang berukuran 100/70-14 dan 100/80 cukup aman untuk buat melindungi velg dan tidak gasruk ke tengah box filter udara.

Dari perbandingan lebar velg dengan lebar ban pula, diketahui bahwa untuk membalut velg belakang dengan lebar 3,0 inchi, idealnya adalah dengan ban yang lebarnya 110 mm.

Kemudian, untuk mencari ukuran lebar ban belakang yang tidak gasruk ke pinggiran box filter udara dapat dilihat di bagian MIO J : MEMILIH UKURAN LEBAR BAN YANG SAFE UNTUK MIO J, bahwa dengan menggunakan veleg rim berapa pun maka lebar ban maksimum menyentuh pinggiran box filter udara adalah 108 mm.

Kesimpulan, ukuran ban yang tidak gasruk ke kiri-kanan, dan tidak gasruk ke box filter udara  Mio J, dan sekaligus aman bagi velg adalah ban berukuran ukuran 100/70-14 atau 100/80-14. Kalau mau sensasi bisa dicoba ukuran 110/70-14 dan 110/80-14 yang cukup banyak di pasaran. Ban dengan ukuran tersebut tidak gasruk ke bagian tengah box filter udara, namun bakal gasruk ke pinggirannya. Apa lagi jika menginginkan sensasi dengan ukuran 120/70-14 atau 120/80-14, pasti velegnya tidak bisa merapat ke gear box.

Memasang veleg depan lebar merk Power untuk Mio lama pada Mio J 
Pada tanggal 26 September 2014, saya pergi ke toko variasi A lagi untuk memasang velg depan merk Power yang lebarnya 2,5 inchi untuk Mio lama pada Mio J saya setelah selesai dipoles. Saya memilih ban depan berukuran 90/80-14. Menurut perkiraan saya, dengan ukuran tersebut, efeknya tidak akan terlalu ‘merusak’ part lain. Karena di toko variasi tersebut ukuran yang diinginkan tidak ada, maka saya cari dulu di bengkel/ toko lain. Yang didapat adalah merk FDR dengan harga Rp. 175.000. Setelah dibayar, langsung saya bawa lagi ke toko variasi A, dan dipasanglah secara tubless dengan menggunakan pentil tubless lurus. Sebenarnya saya ingin menggunakan pentil bengkok supaya lebih gampang saat mengisikan udara dari kompresor ke ban. Namun yang bengkok tidak ada di toko variasi tersebut. Ya sudah, pentil lurus saja. Harganya Rp. 11.000.

Piringan lebar 26 cm Monster Energy yang selama ini terpasang pada veleg bawaan Mio J yang diikat ke veleg dengan tiga baud tidak bisa digunakan karena velg untuk Mio lama termasuk variasinya dari merk Power berlubang baud empat. Penggantinya, piringan variasi lebar 26 cm untuk Mio Lama yang ada di toko variasi tersebut, yaitu merk MOTOJCTZ, harganya Rp. 130.000 yang dikemas bersama baud dan breketnya.


Piringan pun dipasang pada velg lebar merk Power untuk Mio lama dengan menggunakan empat baud yang dibeli di toko tersebut dengan harga Rp. 1.500 per biji dan breket buatan tukang bubut yang selama ini telah dipasang. Baud-baud tersebut diputar dengan menggunakan kunci L. Lalu breket dan baud bawaan MOTOJCTZ ke mana ? Ga tahu. Sejak menunjuk piringan yang dibeli hingga selesai pemasangan tidak pernah melihatnya lagi.   Mungkin karena mereka melihat breket buatan tukang bubut yang telah terpasang dan agar tidak membongkarnya lagi, breket bawaan MOTOJCTZ diumpetin. Ah aneh-aneh saja.

Ketika roda dicoba dipasang, mekanik mengatakan bahwa ban yang lebarnya 90 mm tersebut akan gasruk ke bagian spatbor yang melingkupi tabung shock saat shock dan ban naik atau saat body motor turun sebagai efek dari suspensi. Menurutnya bagian spatbor tersebut harus dipotong. Sebenarnya agak sayang, namun setelah dipasang dan mekanik mencoba mengendarainya dan mengatakan bahwa di jalanan aspal halus ini tidak apa-apa, namun kalau di jalanan yang tidak rata atau berlubang lebih amannya mending dipotong, kalau-kalau suatu saat roda naik kemudian gasruk dan macet karena ban tergencet bagian spatbor yang melingkupi tabung shock depan. Akhirnya ya saya relakan untuk dipotong bagian yang melingkupinya saja. Lalu mereka mencopot lagi roda dan spatbor. Mekanik membawa spatbor ke dalam untuk memotongnya dengan menggunakan gerinda listrik. Saat ke luar, mekanik membawa spatbor yang sudah dipotong. Waduh malah dipotong hingga lurus sampai ke ekor spatbor, hingga si ekor tinggal seupil. Memang dari luar tidak terlalu terlihat sih, tapi saat melewatii genangan air di jalan, nanti airnya bisa menjiprat ke ruang lampu sen. Aduh, aduh ! 

 

Selesai pemasangan roda depan, lalu cek rem. Alhamdulillah rem tidak ada masalah. Pengereman pakem. Kependekan kabel rem masih sama dengan efek dari digantinya shock Mio J dengan shock X-Ride.

Kemudian cek speedometer. Ujung kabel bawah yang menempel ke GEAR UNIT ASSY menekuk kependekan sama dengan efek dari digantinya shock Mio J dengan shock X-Ride. Namun yang jadi masalah adalah angka kilometer tidak berubah saat ban diputar. Gigi nanas yang berada di ruang GEAR UNIT ASSY tidak konek dengan ujung kabel speedometer. Gigi tersebut seperti berada pada ruang yang luas, sehingga bisa bergeser leluasa dan tidak tersentuh kabel speedometer. Kemudian mekanik menyelipkan ring tipis di sisi luar ruang GEAR UNIT ASSY Mio J tersebut untuk menahan atau mengganjal gigi nanas agar tetap ke tengah. Hasilnya speedometer oke lagi.

Kemudian, masalah lainnya yang saya ketahui setelah motor berada di rumah adalah posisi garis tengah ban depan yang tidak di garis tengah motor. Hal ini tampak, pertama pada perbandingan jarak antara (1) pinggiran ban sebelah kanan dengan tabung shock sebelah kanan, dengan (2) pinggiran ban sebelah kiri ke tabung shock sebelah kiri. Jarak antara ban dengan tabung di sebelah kanan sekitar 3 mm, sedangkan jarak antara ban dengan tabung sebelah kiri sekitar 12 mm. Yang kanan lebih sempit daripada yang kiri.


Kedua, pada perbandingan antara garis tengah punggung ban dengan garis tengah spatbor. Garis tengah ban depan tampak bergeser hampir sekitar 8 mm ke kanan dari garis tengah spatbor.


Garis tengah ban (kuning) tidak segaris dengan garis tengah motor (merah)

Nah inilah barangkali efek dari pemasangan veleg yang bukan peruntukannya itu. Veleg untuk Mio lama dipasang di Mio J. Untuk mencari solusinya saya melakukan dua hal : (1) memeriksa atau membandingkan parts roda depan Mio lama dan parts roda depan Mio J, dan (2) mengkonsultasikannya ke bengkel.

Tidak mempersoalkannya bengkel toko variasi A dengan masalah pergeseran garis tengah roda dari garis tengah motor, dan hanya menyelesaikan bagaimana agar veleg lebar Mio lama terpasang di Mio J, mungkin karena hanya semata-mata memenuhi keinginan pasien saja. Efek-efek aneh dari dipasangnya parts non ori lumrah terjadi. Tapi tidak semuanya segera terdeteksi. Dan seringnya pasien tidak peduli begitu efeknya dianggap sepele. Namun saya ingin mencari modif yang lebih safe. Untuk itu saya awali dengan memebandingkan parts roda kedua varian Mio ini. Barangkali ada yang perlu disesuaikan untuk tetap memasang velg lebar Power untuk Mio lama di Mio J ini.

Perbandingan Parts Front Cast Wheel Mio J dengan Parts Front Cast Wheel Mio


Nah, dari tabel di atas terlihat bahwa ada empat parts roda depan yang berbeda dari Mio lama dan Mio J, yaitu BEARING, COLLAR, WASHER, PLATE, dan GEAR UNIT ASSY. Dengan adanya perbedaan keempat parts tersebut, saya menduga bahwa velg depan lebar merk Power untuk Mio lama ini memang benar-benar tidak langsung PNP jika dipasang di Mio J. Bergesernya posisi ban ke sebelah kanan dengan efek total sekitar 8 mm dan perlunya ring pengganjal di ruang gigi nanas GEAR UNIT ASSY untuk Mio J, bisa jadi bersumber dari keempat parts tersebut. Artinya keempat parts di roda Mio J tersebut harus di-Mio lama-kan.


Langkah lainnya, pada tanggal 28 September 2014 (setelah veleg belakang terpasang), saya membawa masalah ini ke bengkel umum yang memungkinkan telah memahami masalah demikian. Sang bengkel membongkar roda, memeriksa kondisi veleg dan GEAR UNIT ASSY Mio J. Setelah diperiksa, ia menjelaskan bahwa ketidakklopannya bukan karena penggunaan GEAR UNIT ASSY Mio J. Baik dengan menggunakan GEAR UNIT ASSY Mio lama maupun dengan menggunakan GEAR UNIT ASSY Mio J hasilnya akan sama saja, karena hanya beda kode. Jadi tidak ada masalah dengan GEAR UNIT ASSY. Menurutnya, sumber ketidakklopan justru karena terlalu pendeknya bagian dalam velg depan lebar merk Power untuk Mio lama ini untuk memposisikan gigi nanas pada tempat yang seharusnya.


Bagian dalam velg Mio J yang mendorong gigi nanas di ruang GEAR UNIT ASSY.


Mungkin karena telah dipendekakan atau digerinda untuk tujuan tertentu. Kalau tidak dipendekan harusnya langsung klop. Wah, lain lagi nih. Sayang saat itu tidak membicarakan bergesernya garis tengah roda dari garis tengah motor.

Apakah perlunya pengganjal berupa ring di pinggir gigi nanas dalam ruang GEAR UNIT ASSY Mio J semata karena bagian dalam velg variasi depan lebar merk Power untuk Mio lama ini telah digrinda ? Ataukah memang dari pabriknya velg variasi depan lebar merk Power untuk Mio lama tersebut begitu adanya ?

Apakah kalau keempat parts tadi di-Mio lama-kan, GEAR UNIT ASSY Mio J tidak akan memerlukan ring pengganjal gigi nanas dan posisis garis tengah punggung ban akan tepat di tengah garis tengah motor ? Sehingga seolah tidak membagi rata lebar rimnya ke kanan dan kiri atau lebih banyak ke kanan saat dipadukan dengan parts Mio J ? Entahlah. Jawabannya tentu harus me-Mio lama-kan dahulu keempat parts yang dicurigai tersebut.

Nah, sementara parts roda depannya belum diklopkan dengan velegnya, dan dengan posisi ban depan lebih ke kanan seperti itu, berbahaya tidak yeuh terhadap riding ? Lagi-lagi, jawabannya harus dicoba dikendarai! Ha ha ha !

Memasang veleg belakang lebar merk Power untuk Mio lama pada Mio J
Pemasangan velg belakang tidak bisa dilakukan pada hari yang sama dengan pemasangan veleg depan di toko variasi A karena saat itu sudah sore. Toko variasi A mau tutup. Besoknya tanggal 27 September 2014 saya tidak mendatangi toko variasi A, tapi pindah ke toko variasi B untuk memasang velg belakang merk Power yang lebarnya 3,0 inchi untuk Mio lama pada Mio J saya. Saya memilih ban belakang ukuran 110/80-14 karena yang ban belakang yang lebarnya 110 mm ini paling ideal untuk veleg selebar 3,0 inchi. Ban belakang selebar ini pasti gasruk ke filter udara Mio J, karena maksimalnya agar tidak gasruk adalah di bawah 108 mm. Saya ingin tahu, kira-kira apa yang harus disesuaikan atau dimodif, untuk memasang ban yang sedikit sensasional melebihi ukuran lebar ban belakang standar di X-Ride yang hanya 100/70-14 ini.


Yang ada di toko variasi tersebut adalah merk Corsa dengan harga Rp. 210.000. Dipasanglah secara tubless dengan pentil tubless bengkok seharga Rp. 20.000 yang telah saya beli sebelumnya di bengkel / toko lain.


Ketika ban tersebut dicoba dipasang, benar gasruk tuh. Punggung ban setinggi 88 mm (80% X 110 mm, ukuran ban 110/80-14) itu memang aman-aman saja ke mesin dan box filter udara bagian tengah, namun lebar ban 110 mm memang melebihi batas maksimal. 108 mm saja ’kan sudah menyentuh pinggiran box filter udara. Tak heran kalau begitu pasang ban tersebut langsung macet ga bisa diputar karena gasruk dengan box filter udara bagian pinggir. 

Karena ban Corsa selebar tersebut sudah kadung dibeli, bahkan telah dipasang pada veleg belakang lebar merk Power, saya pikir mending dicoba dipasang agar mengetahui apa yang harus disesuaikan dan bagaimana mengakalinya. Mekanik yang ditantang berpikir pun beraksi dengan :

1.   Memasang ring yang digunakan (a) untuk membuat roda belakang lurus satu garis dengan roda depan, dan (b) sebagai ganjal antara washer plate (mirip ring juga) dengan sisi veleg bagian dalam sehingga velg menjauh setebal ring tadi dari waher plate, yang diteruskan dengan menjauhnya pinggiran ban dari filter udara. Singkatnya, washer plate-nya jadi double. Dalam hal ini, mekanik membuat ring setebal 1 mm tersebut dengan memodif ring yang ada dengan bor agar masuk ke as, karena washer plate ori tidak ada.


Waduh aman ga ya terhadap ruangan as ? ”Aman”, kata mekanik. Ring tersebut tak akan ke mana-mana dan tidak akan aus. Kemudian karena ring pengganjal ini relative tipis, maka mur luar di ujung as pun masuk semua bahkan masih menyisakan beberapa ulir drat di ujung as. 

2.  Mengeser / memutar filter udara sehingga tidak lurus atau melebar ke samping kiri di bagian belakangnya. Upaya ini dilakukan dengan jalan :

a. Mengganjal baud belakang pengikat filter udara dengan mesin, dengan lima buah ring. Efeknya, karena baudnya tidak diganti dengan yang lebih panjang maka ujung baud tidak menepi ke ujung lobang yang ada di blok mesin. 


 Baud yang diganjal lima buah ring, dilihat dari sebelah kiri motor



Baud yang diganjal lima buah ring, dilihat dari sebelah kanan motor

     b.  Melepas bos dan dumper karet yang ada pada lobang baud box filter udara sisi kanan motor. Hal ini terjadi karena lubang baud pada box filter udara tidak lurus dengan lubang baud pada blok mesin sehingga baud pengikatnya tidak bisa masuk. Setelah bos dan dumper karetnya dilepas, lubang baud di box filter udara jadi besar. Baud bisa masuk walau box filter udara tersebut dalam keadaan tidak lurus atau tidak sejajar dengan blok mesin. Agar tetap terikat atau terjepit, digunakanlah dua keping ring besar dan kecil yang ditumpuk sehingga baud bisa menekan / menyatukan box filter udara dengan blok mesin. Kuat memang sepanjang baud diputar hingga sesak, tapi lama-lama ada yang retak atau bahkan pecah engga ya pada bagian lubang baud box filter udara yang dipaksa bengkok tersebut ?  Ha ha ha setiap modifikasi pasti ada yang dikorbankan. Kali ini begitu dulu. Memang seharusnya ada solusi yang lebih ’manusiawi’ dan artistik. Namun yang begitu tentu saja pengerjaan lama dan diperlukan study terlebih dahulu yang seksama sehingga tingkat ketelitian atau presisi dan artistikanya tercapai.


Dumper karet dan bos lubang baud box filter udara yang dilepas,
dilihat dari sebelah kiri motor

Dua keping ring besar dan kecil yang ditumpuk, dilihat dari sebelah kanan motor,
sehingga baud bisa menyatukan box filter udara dengan blok mesin dengan baik

Hasilnya pinggiran ban agak menjauh beberapa mm dari filter udara. Walau tetap hampir gasruk.


Dengan demikian, tidak seperti veleg depannya, veleg belakang lebar variasi merk Power untuk Mio lama tidak masalah dipasang di Mio J. Yang jadi masalah di roda belakang adalah lebar ban yang melebihi batas maksimal sehingga perlunya menggeser box filter udara. Pantesan kalau X-Ride saja standarnya pakai veleg belakang dengan lebar 2,5 inchi dan ukuran ban 100/70-14. Ya agar tidak gasruk.

Lalu cek rem. Alhamdulillah, rem belakang tidak ada masalah berarti. Hanya perlu setting-an lebih dalam mengingat velg lebar variasi untuk Mio lama merk Power ini second-an sehingga tepi terombolnya sudah sedikit terkikis kampas rem agak dalam.

Terakhir bayar-bayar.  Urusan enam  ring, satu ring  agak besar, dan modif ring dengan dibor minta Rp. 3000. Jasa mekanik minta Rp. 10.000. Wow murah sekali. Beres sudah semuanya ! Hasilnya, motor jadi tambah tinggi dibanding dengan menggunakan velg dan ban standar Mio J. Tampilan struktural motor tidak lagi seperti plang, papan yang berisi tulisannya besar, tiangnya kecil. Sekarang baru harmoni. Gendut dari atas sampai ke bawah. 




Saat parkir dengan standar samping cukup kemiringannya. Saat parkir dengan standar tengah sangat seimbang. Saat diturunkan dari standar tengah tidak menimbulkan suara keras mengguprak lagi, karena ban belakang yang besar tersebut berjarak tidak terlalu jauh dengan tanah.

Dan ending ceritanya tentu saat dikendarai ! Nah, saat dikendarai, motor terasa begitu tambleg (stabil). Mungkin karena bobotnya bertambah berat dan makin lebarnya tapak ban yang menempel ke jalan. Dengan kecepatan 40 km/jam terasa begitu tenang. Anteng tenan. Nyaman kayanya buat touring. Kemudian saat berada di jalan lurus dan sepi, saya coba membawanya lari hingga 80 km/jam - top speednya Mio J standar real. Horee . . .  tetap stabil dan nyaman. Namun tentu saja tidak selincah standarannya. Yaa . . . consequence always follows the choice ! Saat berbelok dalam keadaan agak cepat harus ditambah dengan memiringkan badan atau menjatuhkan kaki sebelah ala Rossi. Serasa mimpi naik moge touring ha ha ha.

Penyempurnaan
Posisi roda depan yang tidak segaris dengan garis tengah motor tetap membuat saya tidak tenang dan penasaran apa penyebabnya. Selain alasan keamanan, saya pun ingin tahu mana yang benar. Apakah karena bagian dalam velg depan lebar Power untuk Mio lama second-an ini memang telah digerinda atau dipendekan, atau akibat tidak digantinya empat parts roda Mio J dengan parts Mio lama? Atau karena hal lain, yang berarti keduanya salah dan the truth is out there ?

Untuk itu, pada tanggal 11 Nopember 2014, saya memesan keempat parts Mio lama dimaksud ke dealer dan beres Yamaha A. Harganya :


Bayar DP Rp. 150.000. Dua hari kemudian ada SMS dari beres Yamaha A bahwa pesanan sudah ada. Besoknya saya ambil dengan melunasi sisanya terlebih dahulu. Namun ketika dipesriksa GEAR UNIT ASSY-nya bernomor part 5TL-F5190-01 (untuk Mio J dan X-Ride) bukan 5TL-F5190-00 (untuk Mio lama), padahal pesan dengan kode 5TL-F5190-00. Mungkin benar bahwa secara mekanis keduanya tidak beda sehingga bisa interchangeable. Yaah punya dua jadinya tuh GEAR UNIT ASSY yang sama. Kalau tahu mah nggak usah pesan itu part. Terus diperiksa lagi, ternyata WASHER, PLATE untuk Mio lama yang bernomor part 90201-101J1 bisa  interchangeable dengan punya Mio J yang bernomor part 90201-10831 karena hanya ganjal mur luar di ujung as. Nggak usah pesan deeh. Hadeuh !

Tanggal 16 Nopember 2014 saya bawa motor saya ke toko variasi B, karena saya terkesan dengan si Blek (Black) yang memasang roda belakang, untuk membetulkan roda depan yang terlalu mepet ke sebelah kanan itu. Sayang mekanik yang mengesankan itu tidak masuk kerja, maka ditanganilah oleh mekanik yang ada - yang lebih yunior darinya. Ia pun beraksi seperti keinginan saya, roda depan dibongkar. Ketika diakurkan BEARING untuk Mio lama yang bernomor part 93306-300X8 kata mekanik tiada bedanya. Hadeuh kaduhung mesen atuh ah ! Dari keempat parts roda depan Mio lama yang berbeda nomor part dengan punya Mio J itu sudah tiga parts yang ’sia-sia’ dibeli. Tinggal satu lagi, COLLAR. Nah kalau yang ini baru kelihatan bedanya, sekitar 2 mm lebih panjang dari punya Mio J. Lalu dipasanglah si COLLAR Mio lama ini menggantikan punya Mio J. Hasilnya, roda bergeser lebih ke tengah, namun jarak antar kedua tabung shock depan tampak sedikit melebar di bagian as (ngajegang, mengangkang) seperti huruf A dan GEAR UNIT ASSY tidak berfungsi. Lalu ring pengganjal gigi nanas di dalam ruang GEAR UNIT ASSY yang dipasang oleh mekanik toko variasi A saya minta dilepas. Hasilnya tetap mengangkang dan GEAR UNIT ASSY tidak berfungsi. Agar tidak mengangkang, sang mekanik mengatakan ada dua cara : (1) memotong SPACER (bos antara dua BEARING) atau (2) mengupas bagian GEAR UNIT ASSY yang masuk ke veleg, walau tidak menjamin part tersebut berfungsi setelah dikupas. Wah, saya putuskan sudah saja karena sudah sore. Nanti saja balik lagi. Ia minta dibayar Rp. 15.000. Memotong SPACER, mengupas GEAR UNIT ASSY, serta bongkar pasang mencari kesesuaiannya akan makan waktu.

Karena kesibukan, baru tanggal 21 Nopember 2014 saya bisa kembali ke toko variasi B. Kedua mekanik - si Blek dan yang lebih yuniornya - yang terlibat dalam mengurus roda sebelumnya ada. Kepada si Yunior saya katakana mari melanjutkan gagasannya itu, eh ia malah langsung menyerahkan ke si Blek, dan dia lebih memilih motor pasien lain. Bagi saya tak mengapalah. Memang yang dicari toh si Blek ini.

Berbeda dengan si Yunior, si Blek sering merenung sambil mengamati parts roda sebelum bertidak. Menurutnya, kedua gagasan si Yunior itu tidak usah. Setelah membongkar roda depan, ia memukul-mukul BEARING dari kedua sisinya hingga lebih masuk ke veleg lebar Power untuk Mio lama itu. Kemudian memasangnya kembali. Lurus dan sejajarlah kedua tabung shock depan X-Ride itu. Kini posisinya lebih baik tidak ngajegang lagi. Ketika dikeceng antara ban dengan spatbor, yang sebelumnya terlihat bergeser 1 cm itu, kini tinggal 1-2 mm saja. Setelah itu, ia mengutak-atik kabel speedometer dan menyambungkannya ke GEAR UNIT ASSY milik Mio J (ring pengganjal gigi nanas yang dipasang mekanikk toko variasi A sudah dilepas). Hasilnya, GEAR UNIT ASSY jalan ! Terakhir ia mengeceng spatbor depan, dan katanya spatbor depan ini sudah melintir. Mungkinkah karena kepanasan saat dipotong gerinda di toko variasi A ? Tidak tahu. Yang jelas ia kemudian menganti dua dari tiga mur pengikat spatbor ke segitiga garpu dengan diganjal ring. Hasilnya spatbor lurus ke depan lagi. Oooh ini dia masalah sebenarnya, bukannya garis tengah roda tidak tepat segaris dengan garis tengah motor, tapi spatbor yang sedikit meleot. Ck ck ck ! 

Setelah semuanya dipandang selesai, ia minta dibayar Rp. 10.000, sama besarnya seperti saat memasang roda belakang. Ck ck ck. Duh gak tega, saya tambah Rp. 10.000 lagi dan sebungkus Sampoerna Mild minus tiga batang karena sudah saya hisap. Bravo Blek !

Kini segalanya terpuaskan. Jalan tidak rata tidak saya takuti lagi. Di jalan depan jembatan timbang yang ironisnya selalu rusak itu tinggal seruduk saja ! 

Catatan
-  Lebih manis memodif Mio J pakai part (variasi) untuk Mio J lagi. Begitu juga dengan veleg lebar variasinya, jangan pakai untuk yang lain, agar bisa PNP atau memungkinkan tidak banyak memerlukan penyesuaian  yang serius.
-  Ban depan cukup dengan ukuran 80/80-14 saja agar tidak memotong spatbor.
- Ban belakang cukup dengan ukuran 100/80-14 saja agar ia mulus berputar dengan leluasa tanpa harus memelintir filter udara. Tapi, ketika beberapa bulan kemudian, saya melepas kelima ring yang memelintirkan filter udara, sehingga filter udara terpasang normal, ban ukuran 110/80 yang digunakan pada roda belakang itu aman-aman saja.
- Mempelajari part dari kode part-nya memang membantu, tapi tidak sebaik dengan melihat partnya langsung, karena part dengan kode yang berbeda itu ternyata secara fisik dan mekanis kadang sama.
- Pengetahuan mekanik yang satu dengan yang lain berbeda. Alangkah senangnya jika mendapat mekanik yang baik gagasan dan pekerjaannya, apa lagi jika pula berhati baik.