Selasa, 01 Juli 2014

MIO J : MENGGANTI STANDAR TENGAH DAN SAMPING MIO J DENGAN STANDAR TENGAH DAN SAMPING X-RIDE

Setelah mengganti shock belakang Mio J dengan shock belakang X-Ride, Mio J saya terlihat sangat miring saat distandar samping, dan ban belakang hampir menyentuh tanah saat distandar tengah. Lalu terpikir, bahwa sebelum mengganti yang lainnya (shock depan, ban, dll.) agar aman harus mengganti dulu standarnya.

Tanggal 2 Maret 2014 saya pesan standar tengah dan standar samping X-Ride di beres Yamaha D. Harga total Rp. 118.000, saya bayar DP Rp. 100.000. Pada tanggal 4 Maret 2014 menerima SMS dari beres tersebut bahwa barang pesanan sudah datang. Wah cepat sekali. Namun baru besoknya tanggal 5 Maret 2014 saya datang ke beres dan minta mekanik mengganti standar tengah dan samping Mio J dengan standar tengah dan samping X-Ride di beres tersebut.  Di beres ini pesanan memang cepat, namun ongkos masang terasa mahal karena harus dibayar total Rp. 150.000 dengan parts. Jika diperhatikan dalam kuitansi, harga 3 parts (standar tengah, per standar tengah, dan standar samping) Rp. 109.090 (bukan Rp. 118.000), ongkos service  Rp. 27.273. Jumlah Rp 136.363. Bayar PPN 10% dari jumlah total atau Rp. 13.637. Walah masang yang beginian sampai Rp. 27.273, tambah PPN lagi. Angkanya aneh-aneh. Pasti terkait dengan debet-kredit yang harus balance. Saya konfirmasi perihal service bahwa saya tidak melakukan service melainkan cuma minta pasang parts, kata mereka memang itu ongkos pasangnya. Hadeuh.


Parts standar X-Ride yang dibeli (pada gambar dilingkari warna merah) :


Hasilnya, Mio J saya jadi berat saat diangkat dan tinggi saat distandar tengah. Ban belakang jadi jauh dari permukaan tanah. Menimbulkan bunyi prak yang keras saat diturunkan, seperti suara jatuhnya barang dari suatu ketinggian. Ini mungkin berasal dari suara standar tengah (yang ditarik pegas) menabrak karet, dan suara ban dan shock belakang yang jatuh menghantam tanah. Mungkin untuk mengatasinya ukuran ban harus ditambah agar ketinggian antara ban dan tanah berkurang sehingga jatuhnya tidak menimbulkan suara yang terlalu keras .





Saat distandar samping motor seperti berdiri atau kurang miring. Wah, bisa kurang safety nih, gampang roboh. Harus cepat-cepat tinggikan shock depan dan atau mengganti roda depan dengan yang lebih tinggi.


Kemudian pengait kaki pada standar samping saat rest jadi menonjol ke luar dari garis (kontur) dek, dan sering menyundul betis kaki kiri.

Hal ini karena bentuk pengait kaki pada standar samping Mio J berbeda dengan punya X-Ride (pada gambar dilingkari warna hijau). Harus dimodif nih.


Beberapa minggu kemudian, saya melepas standar samping X-Ride sendiri. Susah juga urusan dengan buka pernya. Dengan menggunakan batang besi yang ditekukan seperti kail, akhirnya per dapat saya taklukan. Kemudian saya bawa standar samping X-Ride dan Mio J ke  bengkel las Pa Aceng di Panyingkiran. Tukang las saya minta mengubah pengait standar samping X-Ride agar menyerupai standar samping Mio J dan mengecatnya. Agar tidak susah dan lama, penguatnya tidak menggunakan plat seperti standar samping Mio J, tapi hanya dengan batang besi yang disambungkan. Pekerjanya minta dibayar Rp. 20.000.

Di rumah saya pasang kembalistandar samping X-Ride yang sudah dimodif dan dicat kembali tersebut. Memasang pernya dibantu batang besi yang dibentuk kail. Inilah hasilnya :




Pengait standar samping X-Ride yang telah dimodif, tidak terlalu menonjol ke luar dari garis (kontur) dek Mio J. 
MIO J : MENGGANTI SHOCK ABSORBER DEPAN MIO J DENGAN SHOCK ABSORBER DEPAN X-RIDE - PART 2

Bahwa shock depan Mio J hanya cocok dengan piringan dan velg depan Mio J, sehingga shock depan X-Ride yang akan menggantikannya tidak cocok dengan velg depan Mio J sudah dikemukan pada tulisan MIO J : MENGGANTI SHOCK ABSORBER DEPAN MIO J DENGAN SHOCK ABSORBER DEPAN X-RIDE - PART 1. Hal ini dikarenakan tiga perbedan : (1) letak lubang baud untuk menempelkan kaliper pada kepala babi tabung shock, (2) ukuran diameter piringan, dan (3) jumlah lubang baud untuk menempelkan piringan pada velg. Tulisan ini merupakan tulisan lanjutan dari bagian pertama tersebut mengenai catatan upaya saya dalam memadukan shock depan X-Ride dengan velg Mio J yang tidak berkecocokan itu.

Awalnya, saya berpikir bahwa tidak mungkin bisa memadukan velg Mio J dengan shock depan X-Ride. Solusi simpelnya mending beli velg depan dan piringan X-Ride. Atau kalau mau sedikit sensasi, beli piringan dan velg depan Nouvo - yang memiliki piringan dan lubang baud pada velg depannya sama dengan velg depan X-Ride. Saya tidak menginginkan keduanya, karena jika diganti dengan velg X-Ride hanya akan mengeluarkan dana besar tapi tidak mendapat taste dan tampilan yang berbeda sedikit pun karena ukurannya persis sama dengan velg depan Mio J. Jika dengan velg depan Nouvo, ada perbedaan taste dan tampilan karena ukurannya 16 inchi, tapi ban untuk ukuran ini selain susah diperoleh, harus pula memperhitungkan jarak amannya dengan air scoop.

Akhirnya saya fokus ke memadukan shock depan X-Ride dengan velg Mio J. Saya mulai memikirkan beberapa kemungkinan yang akan saya lakukan, antara lain :
a.   Memodif piringan X-Ride (220 mm):
1)   Menutup lubang baud piringan X-Ride
Karena lubang baud velg roda depan Mio J ada tiga, sedangkan piringan X-Ride berlubang baud empat, maka jumlah dan letak lubang baud piringan X-Ride harus mengikuti lubang baud pada velg Mio J. Artinya satu lubang baud pada piringan X-Ride masih bisa dimanfaatkan, sedangkan tiga lubang baud lagi harus ditutup dahulu dengan cara menambah ’daging’. Kemudian dibuat dua lubang baud baru. Untuk tujuan tersebut, saya akan memanfaatkan jasa tukang las.
2)  Membuat dua lubang baud baru yang diameter dan posisinya dengan yang ada pada piringan Mio J, dengan menjadikan piringan Mio J sebagai malnya. Piringan Mio J (mal) dan piringan X-Ride yang berlubang baud satu akan saya bawa  ke bengkel bubut. Saya akan minta bengkel bubut terlebih dahulu meratakan dan menghaluskan permukaan ’bekas operasi plastik’ karya tukang las. Setelah itu baru minta dia membuat dua lubang lagi dengan menggunakan mal piringan Mio J.
Namun, sebelum rencana tersebut terlaksana, ada hal yang menciutkan hati saya, karena ketika kedua piringan (Mio J dan X-Ride) ditumpukkan, baru ketahuan, ternyata :
1)   Diameter lobang tengah piringan Mio J (hijau) lebih kecil daripada diameter lobang tengah piringan X-Ride (merah).
2)   Posisi dari tiga lubang baud piringan Mio J terletak lebih dekat ke sumbu roda dibanding dengan posisi dari empat lubang baud piringan X Ride. Sehingga, jika membuat lubang baud pada piringan X-Ride yang sama dengan posisi lubang baud pada piringan Mio J, akan berada di pada tepi lubang tengah piringan X-Ride.


Membuat tiga lubang baud piringan Mio J pada piringan X-Ride
akan berada di tepian lubang tengahnya

Agar pas, ada yang menyarankan untuk menggabungkan kedua piringan tersebut dengan cara mengambil bagian tengah piringan Mio J dan mengambil bagian luar piringan X-Ride, kemudian disatukan dengan jalan dilas. Cara ini sering dilakukan untuk mendapatkan gear yang pas dengan keinginan modifikasi kecepatan motor. Saran ini nampaknya masuk akal dan secara teknis memungkinkan dilakukan oleh tukang bubut dan tukang las. Namun jika tidak dikerjakan dengan seksama, hasilnya akan kurang presisi, bergelombang, dan karena piringan berlobang-lobang maka yang dilasnya tidak diseluruh lingkaran, akhirnya kurang aman, penyambung lasannya bisa lepas saat direm. Untuk kedua kalinya, ini membuka mata bahwa kalau ganti shock depan Mio J dengan shock depan X-Ride harus ganti pula piringan dan velgnya.

b.   Memodif piringan produk variasi Mio J lebar (260 mm)
Adanya kabar bahwa telah muncul piringan Mio J lebar yang dikeluarkan oleh pabrik variasi racing (Scarlet, TDR, PSM, GBS, Monster Energy, Fotus, IMB, Nagoya, Scoyco, Kawahara, dll.) membuat saya penasaran. Lubang baud dan lubang tengahnya sama dengan piringan standar Mio J. Yang beda cuma diameter, warna, dan lubang-lubang variasinya. Nah yang ini nampaknya lebih memungkinkan, dengan pilihan :
1)   Tanpa breket. Piringan lebar Mio J yang berdiameter 26 cm dikupas lingkaran bagian luarnya sekitar 4 cm, dibuat berdiameter 22 cm seperti punya X-Ride. Resikonya, tepi piringan pas lubang-lubang variasi piringan. Artinya harus dirapihkan agar tidak tajam.
2)  Dengan breket. Breket ini dibuat untuk menyambungkan shock dengan kaliper yang perlu mundur guna mengimbangi piringan yang diameternya bertambah 6 cm dari piringan standar Mio J. Ini nampaknya lebih aman dan mudah.

Setelah beberapa hari mencari ke sana ke mari di kotaku, saya hanya mendapatkan piringan lebar merk Monster Energy yang ternyata sudah satu set dengan breket dan dua buah baud untuk menyatukan breket dengan kaliper. Sedangkan breket dan shock depan disatukan dengan baud bawaan Mio J yang standarnya untuk menyatukan shock dengan kaliper. Piringan ini didapat justru bukan di toko variasi besar, tapi di bengkel kecil dan tambal ban. Harganya Rp. 130.000.


Tgl 1 Juni 2014, saya bawa motor Mio J ke beres Yamaha A untuk memintanya berskperimen menggantikan shock depan dan piringan Mio J dengan shock depan X-Ride dan piringan Monster Energy. Hasilnya :
1.  Kabel rem jadi kependekan, namun masih cukup aman bergerak (tidak mengerem sendiri) dengan cara melepas (tidak memasang) plat penjepit kabel rem bagian atas (yang menempel pada segitiga garpu), dan melepas jepitan plat penjepit bagian bawah pada karet, karena posisi sang karet jadi turun. Penjepitnya sendiri tidak dilepas.
2.  SPEEDOMETER CABLE ASSY atau kabel speedometer jadi kependekan, tertekuk, namun masih bisa dibawa bergerak naik-turunnya shock / roda.
3.   Breket dan piringan Mio J lebar Monster Energy ini sangat PNP dengan shock X-Ride dan velg Mio J. Namun karena cocoknya untuk shock Mio J, maka ketika diganti dengan shock X-Ride, braketnya jadi kelebaran, sehingga piringan hanya tergigit kanvas rem selebar 0,7 cm. Ketika direm menimbulkan suara seperti bergetar dan kurang pakem.
4.  Menambah tinggi motor bagian depan. Sekarang menjadi tidak nungging, karena imbang dengan bagian belakang yang shocknya sudah diganti dengan milik X-Ride duluan.
5.   Ketika dienjot-enjot, shock depan lebih empuk karena jarak mainnya lebih lebar.
6. Saat menggunakan standar tengah, ban belakang menyentuh tanah, bahkan bisa berbahaya karena standar tengah bisa terangkat dan menutup dengan mudah jika motor kena dorongan atau senggolan dari belakang, yang akhirnya motor bisa jatuh.
7.   Saat ditandar samping motor makin sangat miring ke kiri (bisa jatuh).
8.   Dengan melihat kondisi nomor 6 dan 7, maka standar tengah dan samping harus segera diganti dengan yang lebih tinggi dan kompatibel dengan batang as dan lubang yang menyatukannya pada mesin Mio J. Itu tidak lain standar tengah dan samping milik X-Ride.



Breket yang menyambungkan shock dengan kaliper bawaan merk Monster Energy begitu PNP.


Plat penjepit kabel rem bagian atas yang dilepas.


Karet pengaman kabel yang posisinya menjadi turun 
menjadikannya  tidak bisa dijepit penjepit kabel rem bagian bawah.


SPEEDOMETER CABLE ASSY yang tertekuk kependekan.


Piringan lebar Mio J merk Monster Energy dengan breket bawaannya yang dipasang pada shock X-Ride hanya tergigit kanvas rem selebar 0,7 cm, karena posisi lubang baud pada kepala babi shock X-Ride lebih mundur dibanding yang ada pada shock Mio J.

Melihat kondisi yang demikian, masih perlu adanya upaya untuk mengganti kabel speedometer dengan yang lebih panjang, seperti yang disarankan mekanik di beres Yamaha A, dan penyesuaian breket agar kanvas bisa menggigit piringan lebih lebar.  

Masalah kabel speedometer ini belum terpecahkan karena setelah berkeliling kota mencarinya di toko-toko variasi, kabel speedometer yang panjang tidak ditemukan. Untuk sementara biarkan saja begitu.

Kemudian saya beralih ke masalah penyesuaian breket. Ada beberapa pilihan yang bisa ditempuh, antara lain :
1.      Dengan membuat lubang baud yang lebih dekat pada breket bawaan piringan Mio J lebar merk Monster Energy,
2.   Kalau ada di pasaran, membeli piringan variasi 26 cm untuk X-Ride, untuk diambil breketnya saja, piringannya nganggur.
3.      Membuat breket baru di tukang bubut.

Untuk pilihan kedua, selain dirasa kurang efisien, ternyata piringan X-Ride lebar 26 cm belum ada di kota saya.  Maka ditempuhlah pilihan kesatu dan ketiga dengan mengunjungi bengkel bubut pada tgl 3 Juni 2014. Kepada mekanik, saya tunjukkan shock depan X-Ride, breket dan piringan lebar Mio J merk Monster Energy yang sudah terpasang pada roda depan Mio J dan bekas gesekan kanvas pada piringan tersebut. Saya minta agar mekanik melakukan penyesuaian breket sehingga kanvas rem bisa menggit piringan lebih besar. Setelah ditimbang-timbang oleh mekanik, diketahui bahwa pilihan ke satu walaupun secara teknis  mudah dibuat tapi tidak aman karena sisanya sangat sempit, sementara bahan breketnya sendiri diduga terbuat dari aluminium karena sangat ringan.  Jika dipaksakan bisa retak bahkan patah. Maka ditempuhlah pilihan ketiga. Membuat breket !

Mekanik memilih plat besi setebal 3 mm. Ukur sana ukur sini. Potong sana, potong sini, bubut sana bubut sini. Ia bolak -balik. Kemudian ia meminta saya membeli dua buah baud 14 mm yang panjangnya 3 cm beserta murnya. Harganya Rp. 3.000. Dua jam kmudian jadilah breket datar yang sangat kuat. Kemudian dipasang pada shock dengan dua pasang baud dan mur yang baru dibeli dan dua baud lain bawaan Mio J untuk menyatukan breket dengan kaliper. Berbeda dengan breket Monster Energy yang bersengked, breket buatan mekanik bubut ini datar. Perbedaan ini berkonsekuensi pada pemasangan. Jika breket Monster Energy yang bersengked menempelkan secara presisi tepi satu sengkedan di belakang shock dan tepi sengkedan lainnya di depan kaliper, sedangkan tepi-tepi breket datar buatan mekanik ditempel di depan shock dan di depan kaliper. Untuk mengatasi kerenggangan antara breket datar dengan kaliper akibat breket yang datar sekaligus pengganti teknik sengkedan, mekanik membuat ganjal (bos) yang terbuat dari dua buah mur bekas yang di kupas agar presisi sebelum ditusuk baud. Memang mengurangi estetika sih karena sebagian kepala babi shock tertutup breket. Kebanyakan mekanik lebih memikirkan masalah fungsionalitasnya saja dan tidak terlalu mengekspresikan masalah estetikanya. Saya pikir biarlah, masalah estetikanya nanti saja bagian saya. Urusan begini harus santai dan tidak bisa dipaksakan untuk dikerjakan mekanik. Yang penting solusi utama berupa breket yang kuat dengan lubang baud yang presisi buatan sang mekanik ini patut diacungi jempol. Untuk hasil kreasinya ia minta  saya bayar Rp. 65.000. Jreng saya bayar dan pulang. Ketika dicoba, pengereman sangat pakem dan stabil, tidak ada getar dan suara apapun. Tenang dan nyaman.



Breket Monster Energy untuk Mio J yang bersengked, presisi, rapi dan estetik saat dipasang. Namun fungsionalitasnya berkurang, karena shocknya bukan bawaan Mio J, kurang menggigit piringan.



Breket buatan mekanik, sangat kuat dan fungsional, bagian piringan yang digigitnya lebih lebar (3 cm), namun kurang rapih dan estetis. Bagaimanapun ini lebih baik dibanding beberapa biker yang minta dibuatkan tukang las, pinggiran dan lobang baudnya bergerigi tidak beraturan (rebek).

Untuk memembuatnya mudah bongkar pasang, saya langsung beli empat baud 14 mm yang panjangnya 4 cm beserta mur dan ringnya yang bisa dibuka dengan kunci pas atau kunci sok, menggantikan baud bawaan Mio J dan breket Monster yang harus pakai kunci bintang. Untuk merapikan dan mempresisikan, saya membeli ampelas besi dan kikir. Kemudian mendatangi tempat penjual rongsokan guna mencari pipa besi kecil untuk bahan pembuatan bos pengganti dua mur yang difungsikan jadi bos. Baud dan pipa saya potong dengan gergaji besi sesuai ukuran dua baud yang dijadikan bos, kemudian ujungnya dihaluskan dan dipresisikan mengikuti kerenggangan antara breket dengan piringan, dengan menggunakan kikir dan ampelas beberapa hari saat punya waktu luang. Akhirnya baud dan bos selesai. Namun untuk breket, setelah dicoba dengan cara yang sama agak berat. Akhirnya saya minta jasa tukang bubut lain untuk melakukannya. Tidak mudah mendapat tukang bubut yang one heart dan revs our heart. Seperti saat itu, saya minta tukang bubut untuk merapikannya dengan digerinda agar rapi, ia malah ngotot dengan las. Sudah bisa ditebak hasilnya, walau bekas lasannya ia gerinda  juga, hasilnya tetap kurang rapi, bahkan ditambah dengan bekas pukulan palu. Untuk kedua kalinya membuktikan, bahwa kebanyakan mekanik lebih memikirkan masalah fungsionalitasnya saja dan tidak terlalu mengekspresikan masalah estetikanya. Apa hendak di kata, bayar deh Rp. 15.000. Esoknya saya pikir lebih baik mencari tukang las sekalian, tapi yang punya gerindra dan pekerjaannya sedang agak lengang. Sukurlah ketemu dan kebetulan orangnya ramah banget bahkan nagajak ngobrol banyak hal. Saya jelaskan keinginan saya, ia pun mengangguk. Setiap selesai mengerjakan, ia memperlihatkan hasilnya dan menanyakan sudah cukup atau belum. Jika saya jawab belum ia pun mengerjakannya kembali tanpa ba bi bu. Ketika selesai ia minta dibayar Rp. 10.000.  Wah kalau saja langsung ke sini. Beberapa hari kemudian saya bawa breket ke bengkel cat duco. Saya minta agar breket di cat warna hitam, dengan diawali cat dasar (epoxy) dahulu karena  bila dicat langsung apa lagi  pakai pylox, catnya cepat mengelupas. Ternyata bengkel lebih tahu.  Breketnya saya tinggalkan, sore saya ambil, dibayar Rp. 10. 000. Lalu saya pasang.

Hasilnya kuat, presisi, dan lumayan keren ! Piringan lebar 26 cm Monster Energy untuk Mio J, breket buatan mekanik yang telah dicat bengkel pengecatan mobil, bos buatan saya dan mur yang sudah saya potong dan rapihkan, velg bawaan Mio J kini begitu kompatibel dengan shock depan X-Ride. Saat dikendarai, motor Mio J saya jadi begitu nyaman diayun dan dipantulkan shock-shock X-Ride. Pengereman pun amat pakem, karena piringan yang digigit lebih lebar dari gigitan Mio J standar. Tapi, tentu saja, motor dengan shock absorber yang empuk apa lagi memantul-mantul atau tidak stiff kurang nyaman dan tidak cocok dibawa lari dalam kecepatan tinggi. Kalau jalannya rusak melulu, mau lari bagaimana?



Yang jadi peer selanjutnya adalah (1) mengganti standar tengah dan samping Mio J dengan standar tengah dan samping X-Ride, dan (2) mencari kabel speedometer yang lebih panjang, kalau tidak ada dari YGP, ya dari produk variasi.












MIO J : MENGGANTI SHOCK ABSORBER DEPAN MIO J DENGAN SHOCK ABSORBER DEPAN X-RIDE -PART 1

Inilah catatan lanjutan perjuangan saya meng-up grade Mio J saya agar ber-ground clearance tinggi dan bersuspensi empuk untuk melayani jalan di Indonesia yang selalu buruk.

Mengganti shock absorber belakang Mio J dengan shock absorber belakang X-Ride telah sukses, namun tanpa mengganti shock depannya dengan yang sama tingginya membuat motor nungging, karena bodi motor jadi tinggi di belakang, sehingga mengendarainya pun jadi sedikit bungkuk. Tidak seperti motor balap sih, cuma waswas karena takut nyuksruk. Untuk menyeimbangkannya perlu meninggikan bagian depannya. Agar tidak banyak spekulasi, tinggal mengganti shock depan Mio J dengan shock depan X-Ride. Kan di X-Ride-nya juga itu pasangannya.

Mengganti shock absorber depan Mio J dengan shock absorber depan X-Ride secara mekanis gampang. Kesulitannya terletak pada penyesuaian dengan parts lain, dan masalah lain terutama yang sifatnya relatif, yakni budget.

Seperti yang saya alami, penggantian shock depan Mio J dengan shock depan X-Ride tidak bisa cepat-cepat saya lakukan karena beberapa masalah. Masalah pertama, YGP tidak menyediakan shock depan X-Ride stand alone, melainkan tersedia dalam satu set FRONT FORK ASSY, yang merupakan satu stel garpu, di mana segitiga UNDER BRACKET COMP dan shock depan kanan dan kiri telah disatukan. Padahal yang saya butuhkan cuma shock depannya saja, karena segitiganya kan sudah ada pada Mio J. Jadi kalau mau shock depan saja harus membeli parts shock secara pretelan.

Kedua, masalah budget. Membeli satu set FRONT FORK ASSY X-Ride sebenarnya lebih menguntungkan dibanding membeli parts shock depan secara pretelan. Selain jatuhnya lebih murah, dapat bonus parts lain lagi. Dalam satu set FRONT FORK ASSY tersebut, semua parts shock, termasuk oli shock,  bersama segitiganya sudah terangkai. Tinggal pasang.

Ketiga, masalah penyesuaian dengan parts lain khususnya velg dan piringan. Letak lubang baud untuk menempelkan kaliper pada kepala babi tabung shock depan Mio J dekat dengan tabung shock, sehingga kaliper dekat dengan shock. Ini tentu cukup dengan piringan berdiameter kecil (18 cm). Piringan mungil ini ditempel dengan tiga baud pada velgnya. Hal ini berbeda dengan letak lubang baud untuk menempelkan kaliper pada kepala babi shock depan X-Ride. Posisinya lebih mundur dari tabung shocknya. Jelas ini dirancang untuk piringan berdiameter lebih besar (22 cm), dan penempelan piringan pada velg diperkuat oleh empat baud. Hal ini membuka mata bahwa velg Mio J berbeda dengan velg X-Ride, sehingga kalau ganti shock depan Mio J dengan shock depan X-Ride harus ganti pula piringan dan velgnya. Bahkan bisa jadi harus ganti pula kabel rem dan kabel speedometernya karena shock X-Ride lebih panjang sehingga perlu kabel yang lebih panjang pula.

Masalah ketiga ini makin memperlambat penggantian shock depan Mio J dengan shock depan X-Ride. Penggantiannya tidak bisa sendirian, harus sekaligus bersamaan dengan penggantian bagian rodanya. Apa lagi jika ingin sekalian dengan merubah ukuran dan tipe velg, misalnya dari bawaan velg casting ukuran 14 dirubah ke velg spoke dengan ukuran rim 16 atau 17, maka bagian roda ini harus dirangkai dahulu yang tentu saja berikut keruwetan merangkainya. Ha ha ha, ya . . . inilah seninya modifikasi.

Tunda urusan roda, akhirnya, sesuai pertimbangan pribadi, saya pilih membeli shock depan X-Ride secara pretelan saja. Pemesanan secara pretelan ini saya rencanakan tiga kali pemesanan dengan waktu yang tidak ditarget. Yang jelas modif must go on, no matters it goes slowly hi hi hi. Keluarga harus tetap dapat nasi, yang minta jajan permen harus tetap bisa diberi.

Sebelum memesan, saya bandingkan dahulu parts steering Mio J dengan parts steering X-Ride, agar mengetahui persamaan dan perbedaannya, sehingga bisa mempertimbangkan dan menentukan parts mana yang  lebih dahulu dibeli dan mana yang kemudian.


Perbandingan Parts Shock Depan Mio J dengan Parts Shock Depan X- Ride


Jika diperhatikan, kita masih bisa hanya membeli parts shock depan X-Ride yang tidak ada pada shock depan Mio J. Artinya tidak usah membeli seluruh parts shock depan X-Ride. Namun parts yang sama hanya pada parts yang kecil-kecil dan relatif murah. Hal ini menjadi tanggung jika harus mencopoti parts tersebut dari Mio J guna dirangkai dengan parts X-Ride, sedangkan parts yang besar dan mahalnya dari Mio J akhirnya teronggok tidak bisa dipasangkan ke motor lain sama sekali. Jadi mending mengganti seluruh parts shock depan Mio J dengan seluruh parts shock depan X-Ride saja.

Untuk menentukan parts mana yang didahulukan dan mana yang kemudian, kita lihat  dahulu gambar steering X-Ride dari web YGP :

 Steering X-Ride


Pemesanan tahap 1
Pemesanan pertama saya lakukan di beres Yamaha D, beres lainnya lagi di kotaku. Menurut salah satu mekanik di beres tersebut, kalau mau hemat, cukup pesan 7 parts saja (yang dilingkari warna hijau). Ketujuh parts ini menurutnya cukup untuk mengganti dalaman shock depan Mio J dengan dalaman shock depan X-Ride. Artinya OUTTER TUBE kiri dan kanan tetap menggunakan milik Mio J, sehingga tdk usah ganti velg, piringan dan ban, tapi tetap aman. Kata mekanik, memang akan menjadikannya seempuk shock depan X-Ride dan menambah tinggi Mio J tapi penambahan tingginya tdk setinggi jika semuanya menggunakan shock depan X-Ride.

Saya turuti saja saran mekanik dan menganggapnya sebagai pemesanan pertama. Saya pesan parts yang disarankan tgl 5 Maret 2014 (mulai tgl 1 Maret 2014 harga parts Yamaha naik). Harga pesanan pertama yang meliputi 7 parts ini mencapai total harga Rp. 346.000. Saya bayar dulu DP Rp. 300.000.  Parts yang dipesan adalah :


Dari SMS diketahui, barang pesanan pertama datang tgl 7 Maret 2014. Pelunasan tinggal nambah Rp. 46.000. Saya bilang ke mekanik bahwa saya mau semuanya shock depan X-Ride, namun memesan partsnya mau menyicil dan dikumpulkan dahulu, nanti kalau sudah lengkap baru pasang.

Pesanan tahap 2
Pemesanan ke-2 saya lakukan tgl 20 Maret 2014 di beres Yamaha A. Semula, saya merencanakan membeli parts berikut :  


Namun setelah konsultasi dengan kepala beres tersebut, beliau manyatakan bahwa kalau pesan part no. 2 TUBE, OUTER (R.H) dan no. 5 TUBE, OUTER (L.H) maka parts no. 3, 4, 6 dan 7 sudah termasuk di dalamnya.  Wah sukur deh, lebih hemat. Sesuai saran beliau maka pada pemesanan kedua hanya meliputi parts (yang dilingkari warna biru) berikut :


Saya bayar semuanya Rp.316.000 karena di beres ini harus cash. Barangnya datang tgl  26 Maret 2014, lalu saya ambil hari itu juga dan saya kumpulkan di rumah. Tinggal part no. 14 SEAL, DUST yang belum dipesan.

Pesanan tahap 3
Pesanan ke-3 saya lakukan tgl 6 Mei 2014 di beres A lagi, sama dengan tempat pemesanan kedua. Parts yang dipesan tinggal sisanya, yaitu part no. 14 : 4XC-F3144-00 SEAL, DUST (dalam gambar dilingkari warna merah) dua buah. Saya bayar 2 kali Rp. 84.000 alias Rp. 168.000 cash.

Tgl 21 Mei 2014 siang ada SMS dari bagian spare part bahwa barang pesanan kedua datang. Saya ambil dan mengumpulkannya dengan pesanan sebelumnya di rumah.

Tgl 29 Mei 2014 saya bawa semua parts shock depan X-Ride untuk dirangkai di beres A. Diperlukan empat botol front fork oil Yamaha dengan total harga Rp. 48.000 atau Rp. 12.000 per botol. Kemudian bayar jasa merangakai Rp. 15.000.

Jika dijumlahkan, maka seluruh parts shock depan X-Ride kiri dan kanan dari tiga kali pemesanan berjumlah Rp. 830.000, kemudian ditambah oli dan ongkos merangkai seharga di atas, maka jadi Rp. 893.000. Dibandingkan dengan membeli satu set FRONT FORK ASSY X-Ride yang harganya Rp. 783.000, maka selisihnya Rp. 110.000.

Shock X-Ride yang sudah jadi tersebut tidak langsung dipasang menggantikan shock depan bawaan Mio J, sebab harus sekaligus dengan bagian roda. Artinya harus beli dulu piringan dan velg yang sesuai dengan shock depan X-Ride serta bannya. Haaah lada, lada, lada he he he.