MIO J : MENGGANTI VELG MIO J STANDAR
DENGAN VELG MIO LEBAR
DENGAN VELG MIO LEBAR
Keinginan
mengganti velg bawaan Mio J dengan velg yang ukuran diameternya atau rim yang
lebih besar ternyata menghadapi beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan,
antara lain :
a. Jika menggantinya dengan velg rim 16
Velg
rim 16 dari Yamaha adalah velg bawaan Yamaha Nouvo. Di YGP velg castingnya sangat mahal, sekitar Rp. 700 ribuan satu biji,
lebih tinggi Rp. 200 ribuan dari rim 14 (Mio J, X-Ride). Namun yang paling
menjadi masalah adalah ukuran ban 70/90-16 (standar ban depan Nouvo) dan
80/90-16 (standar ban belakang Nouvo) yang kurang aman karena agak gasruk jika
dipasang di Mio J, sedangkan ban ukuran lain yang lebih rendah misalnya 60/80-16
(termasuk ban dalamnya) susah didapat. Selain itu, perbedaannya, dengan velg
standar ukuran 14 tidak terlalau mencolok saat dipandang.
b. Jika menggantinya dengan velg rim 17
Dengan
velg rim 16 dan ban standar yang aman sudah agak gasruk, apalagi dengan velg
rim 17 yang banyak dipakai di motor bebek dan sport. Agar tidak gasruk ke air
scoop atau filter udara ketika dipasang di Mio J, ukuran ban yang digunakan harus
yang tipis. Modif dengan ukuran begini hanya cocok di drag jarak pendek. Untuk
harian jarak jauh dan mengarungi jalanan berbatu atau berlubang sangat tidak
aman. Ban tipis akan mengancam velg dan ban sendiri, sehingga velg bisa bengkok
atau bahkan patah, dan ban bisa pecah. Di kalangan anak muda modif begini menjamur,
karena terkadang “kecerobohan, kesembronoan” sering dianggap gaya hidup kaum
muda ’pemberani’.
c. Jika menggantinya dengan velg rim 14
lebar
Dengan
kembali ke tujuan modif - yaitu membuat ground clearance jadi tinggi, dengan
suspensi yang lebih empuk, namun tetap aman - maka dalam batas-batas tertentu,
nampaknya kombinasi velg berrim kecil
dengan ban berukuran tebal (tinggi dan lebar) lebih baik daripada kombinasi
velg berrim besar dengan ban berukuran cacing (tipis dan kecil). Apa lagi
jika rim velegnya juga lebar memiliki rasio yang sesuai dengan lebarnya ban,
akan diperoleh stabilitas yang lebih baik karena gripnya lebih besar
mencengkram jalan. Jika ada ukuran ban yang ketinggiannya lebih dari standar
tanpa gasruk justru lebih baik karena makin mengamankan velg dan makin empuk. Oleh
karenanya velg rim 14 lebar saya rasa lebih menggoda. Tentu saja atas pertimbangan
pribadi. Gayung bersambut, velg 14 variasi berrim lebar sudah bisa didapat di toko
variasi A (sebut saja begitu untuk membedakan dengan toko lainnya) di kotaku. Ada
merk Power dan Rossi. Yang merk Power harganya Rp. 800.000 per set (du buah,
depan dan delakang) dan yang merk Rossi harganya Rp. 600.000 satu set. Jika
dibandingkan dengan velg ori standar Yamaha yang mencapai Rp. 500.000 an satu
biji, tergolong lebih murah. Harus cari duit dulu atau cari second-nya agar
lebih murah.
Tanggal 31
Agustus 2014, saya main ke toko variasi tersebut. Yang ada dari merk Power saat
itu untuk Beat. Untuk Mio J harus pesan dahulu, dan bisa datang dalam waktu
tiga hari. Kemudia dia menawari velg lebar second-an merk Power tipe rose untuk
Mio lama, harganya Rp. 300.000. Lebarnya, yang depan 2,5 inchi, yang belakang
3,0 inchi.
Saya berpikir
untuk memilih antara di-chrom kembali, dicat kembali, atau dipoles. Akhirnya,
karena tempat meng-chrom jauh, dan kalau dicat kembali akan tergores lebih
cepat, saya milih untuk dipoles saja. Saya coba mendatangi toko variasi velg
mobil. Awalnya mereka ragu, tapi setelah diyakini pengerjaannya sama saja
dengan memoles velg mobil, mereka mau. Untuk biaya membersihkan chrom dan
memoles hingga kinclong, mereka minta Rp. 300.000 dengan pengerjaan selama 4
hari. Mahal juga ya. Artinya kalau untuk moles veleg mobil bisa dua kali lipat
tuh. Karena kalau dikerjakan sendiri akan memakan waktu yang lama dan alat
bahannya tidak tahu, ya saya setuju. Dipikir-pikir jadi Rp. 600.000 tuh beli
veleg. Ya nasi sudah jadi bubur. Maju terus !
Saya tidak
tahu mana yang terbaik. Mending pakai velg lebar Power untuk Mio J yang harus
dipesan dahulu dengan harga lumayan tinggi, atau mending pakai veleg lebar
second yang masih dari Power untuk Mio lama yang sudah ada dengan harga lebih
murah 60 % lebih dari harga baru.
Saya sadar
bahwa shock breaker depan bawaan Mio J saya sudah diganti dengan punya X-Ride
namun veleg depan tetap punya Mio J. Penyesuaiannya dilakukan dengan merubah
breket caliper dan aplikasi piringan lebar Mio J. Ini menunjukan, bahwa mending
pakai veleg depan lebar yang sama untuk Mio J lagi karena kemungkinannya
plek-plek saja tidak perlu penyesuaian hal lainnya lagi.
Namun, saat
itu saya memilih veleg lebar Power untuk Mio lama. Pertimbangannya : sudah ada barangnya,
murah, bisa dipasang saat itu juga, dan ada jaminan bahwa kalau sudah bosan
bisa dibeli lagi oleh toko tersebut.
Ketika
diperhatikan, velg lebar Power untuk Mio lama second ini oleh pembeli pertamanya
dicat. Bawaan aslinya di-chrom. Toko tersebut mengelupaskan catnya dengan soda
api,dan tampaklah pengelupasan chrom bawaannya yang kurang baik, chrom bawaannya
masih tampak di beberapa bagian dengan tidak merata. Artinya velg ini perlu
dibersihkan dan direhab dahulu.
Mencari perbandingan lebar velg
dengan lebar ban yang pas
Lebar velg dan ukuran ban standar keluaran pabrik saya pandang sudah memperhitungkan aspek keamanan dan dan kenyamanannya. Oleh karenanya, untuk mencari rasio aman saat merubah ukurn lebar velg dan lebar ban bisa belajar dari ukuran velg dan ukuran lebar ban standar. Dari Mio J misalnya, velg bawaan bagian depan memiliki lebar 1.4 inchi atau 35 mm dengan asumsi 1 inchi sama dengan 25 mm. Velg dengan lebar 35 mm ini dipasangi ban yang lebarnya 70 mm. Sedangkan velg belakangnya memiliki lebar 1.8 inchi atau 45 mm, dan dipasangi ban yang lebarnya 80 mm. Jadi, baik ban depan maupun ban belakang standar selalu lebih 35 mm dari lebar velgnya. Artinya selalu terbagi 17,5 mm dari sisi kiri velg dan 17,5 mm dari sisi kanan velg. Kita perlu yang pas atau mendekati selisih tersebut.
Lebar velg dan ukuran ban standar keluaran pabrik saya pandang sudah memperhitungkan aspek keamanan dan dan kenyamanannya. Oleh karenanya, untuk mencari rasio aman saat merubah ukurn lebar velg dan lebar ban bisa belajar dari ukuran velg dan ukuran lebar ban standar. Dari Mio J misalnya, velg bawaan bagian depan memiliki lebar 1.4 inchi atau 35 mm dengan asumsi 1 inchi sama dengan 25 mm. Velg dengan lebar 35 mm ini dipasangi ban yang lebarnya 70 mm. Sedangkan velg belakangnya memiliki lebar 1.8 inchi atau 45 mm, dan dipasangi ban yang lebarnya 80 mm. Jadi, baik ban depan maupun ban belakang standar selalu lebih 35 mm dari lebar velgnya. Artinya selalu terbagi 17,5 mm dari sisi kiri velg dan 17,5 mm dari sisi kanan velg. Kita perlu yang pas atau mendekati selisih tersebut.
Dengan
demikian, untuk velg depan merk Power yang lebarnya 2,5 inchi (63 mm) memang
tidak ada yang bersellisih 35 mm. Yang mendekati selisih tersebut adalah ban yang
lebarnya 90 mm atau 100 mm. Sedangkan untuk velg belakang yang lebarnya 3,0
inchi (75 mm) bisa dipasangi ban yang lebarnya 110, selisihnya pas 35 mm.
Mencari ukuran ban depan yang tidak
gasruk
Untuk
mencari ukuran ban depan yang lingkaran luarnya tidak gasruk ke part terdekat
khususnya air scoop di belakang roda, dapat dilihat dari bagian MIO J : MEMILIH UKURAN RODA YANG LEBIH TINGGI
DAN SAFE UNTUK MIO J, yang antara lain perkiraan kondisinya jika masih
menggunakan velg roda depan rim 14 :
Dengan
melihat tabel di atas, banyak yang bisa dipilih. Ban yang berukuran 80/90-14
dan 90/80-14 paling aman, kemudian ukuran 100/70-14 dan 100/80 cukup aman buat
melindungi velg dan tidak gasruk ke air scoop.
Dari
perbandingan lebar velg dengan lebar ban, diketahui untuk membalut velg depan yang
lebarnya 2,5 inchi, idealnya adalah dengan ban yang lebarnya 90 mm atau 100 mm.
Sedangkan
untuk mencari ukuran lebar ban depan yang tidak gasruk ke pinggir khususnya tabung
shock dapat dilihat di bagian MIO J : MEMILIH UKURAN LEBAR BAN YANG SAFE UNTUK
MIO J, bahwa jika masih menggunakan veleg rim 14 maka lebar ban maksimum
menyentuh tabung shock adalah 108 mm.
Kesimpulannya, ukuran ban yang tidak gasruk ke
kiri-kanan, dan tidak gasruk ke air scoop Mio J, dan sekaligus aman bagi velg
adalah ban berukuran 90/80-14, 100/70-14, dan 100/80-14.
Mencari ukuran ban belakang
yang tidak gasruk
Untuk mencari ukuran
ban belakang yang tidak gasruk ke tengah box filter udara dapat dilihat dari
bagian MIO J : MEMILIH UKURAN RODA YANG LEBIH
TINGGI DAN SAFE UNTUK MIO J, yang antara lain perkiraan kondisinya jika
masih menggunakan velg roda depan rim 14 :
Dari tabel
terlihat bahwa ban yang berukuran 100/70-14 dan 100/80 cukup aman untuk buat
melindungi velg dan tidak gasruk ke tengah box filter udara.
Dari perbandingan lebar velg dengan lebar
ban pula, diketahui bahwa untuk membalut velg belakang dengan lebar 3,0 inchi, idealnya
adalah dengan ban yang lebarnya 110 mm.
Kemudian, untuk
mencari ukuran lebar ban belakang yang tidak gasruk ke pinggiran box filter
udara dapat dilihat di bagian MIO J : MEMILIH UKURAN LEBAR BAN YANG SAFE UNTUK
MIO J, bahwa dengan menggunakan veleg rim berapa pun maka lebar ban
maksimum menyentuh pinggiran box filter udara adalah 108 mm.
Kesimpulan, ukuran ban yang tidak gasruk ke
kiri-kanan, dan tidak gasruk ke box filter udara Mio J, dan sekaligus aman bagi velg adalah
ban berukuran ukuran 100/70-14 atau 100/80-14. Kalau mau sensasi bisa
dicoba ukuran 110/70-14 dan 110/80-14 yang cukup
banyak di pasaran. Ban dengan
ukuran tersebut tidak gasruk ke bagian tengah box filter udara, namun bakal
gasruk ke pinggirannya. Apa lagi jika menginginkan sensasi dengan ukuran 120/70-14
atau 120/80-14, pasti velegnya tidak bisa merapat ke gear box.
Pada tanggal 26 September 2014, saya pergi ke toko variasi A
lagi untuk memasang velg depan merk Power yang lebarnya 2,5 inchi untuk Mio
lama pada Mio J saya setelah selesai dipoles. Saya memilih ban depan berukuran 90/80-14.
Menurut perkiraan saya, dengan ukuran tersebut, efeknya tidak akan terlalu
‘merusak’ part lain. Karena di toko variasi tersebut ukuran yang diinginkan tidak
ada, maka saya cari dulu di bengkel/ toko lain. Yang didapat adalah merk FDR dengan
harga Rp. 175.000. Setelah dibayar, langsung saya bawa lagi ke toko variasi A,
dan dipasanglah secara tubless dengan menggunakan pentil tubless lurus. Sebenarnya
saya ingin menggunakan pentil bengkok supaya lebih gampang saat mengisikan
udara dari kompresor ke ban. Namun yang bengkok tidak ada di toko variasi
tersebut. Ya sudah, pentil lurus saja. Harganya Rp. 11.000.
Piringan lebar 26 cm Monster Energy yang selama ini terpasang
pada veleg bawaan Mio J yang diikat ke veleg dengan tiga baud tidak bisa digunakan
karena velg untuk Mio lama termasuk variasinya dari merk Power berlubang baud
empat. Penggantinya, piringan variasi lebar 26 cm untuk Mio Lama yang ada di
toko variasi tersebut, yaitu merk MOTOJCTZ, harganya Rp. 130.000 yang dikemas
bersama baud dan breketnya.
Piringan pun dipasang pada velg lebar merk Power untuk Mio
lama dengan menggunakan empat baud yang dibeli di toko tersebut dengan harga
Rp. 1.500 per biji dan breket buatan tukang bubut yang selama ini telah
dipasang. Baud-baud tersebut diputar dengan menggunakan kunci L. Lalu breket dan
baud bawaan MOTOJCTZ ke mana ? Ga tahu. Sejak menunjuk piringan yang dibeli
hingga selesai pemasangan tidak pernah melihatnya lagi. Mungkin
karena mereka melihat breket buatan tukang bubut yang telah terpasang dan agar
tidak membongkarnya lagi, breket bawaan MOTOJCTZ diumpetin. Ah aneh-aneh saja.
Ketika roda dicoba dipasang, mekanik mengatakan bahwa ban
yang lebarnya 90 mm tersebut akan gasruk ke bagian spatbor yang melingkupi
tabung shock saat shock dan ban naik atau saat body motor turun sebagai efek
dari suspensi. Menurutnya bagian spatbor tersebut harus dipotong. Sebenarnya
agak sayang, namun setelah dipasang dan mekanik mencoba mengendarainya dan
mengatakan bahwa di jalanan aspal halus ini tidak apa-apa, namun kalau di
jalanan yang tidak rata atau berlubang lebih amannya mending dipotong,
kalau-kalau suatu saat roda naik kemudian gasruk dan macet karena ban tergencet
bagian spatbor yang melingkupi tabung shock depan. Akhirnya ya saya relakan
untuk dipotong bagian yang melingkupinya saja. Lalu mereka mencopot lagi roda
dan spatbor. Mekanik membawa spatbor ke dalam untuk memotongnya dengan
menggunakan gerinda listrik. Saat ke luar, mekanik membawa spatbor yang sudah
dipotong. Waduh malah dipotong hingga lurus sampai ke ekor spatbor, hingga si
ekor tinggal seupil. Memang dari luar tidak terlalu terlihat sih, tapi saat
melewatii genangan air di jalan, nanti airnya bisa menjiprat ke ruang lampu
sen. Aduh, aduh !
Selesai pemasangan roda depan, lalu cek rem. Alhamdulillah
rem tidak ada masalah. Pengereman pakem. Kependekan kabel rem masih sama dengan
efek dari digantinya shock Mio J dengan shock X-Ride.
Kemudian cek speedometer. Ujung kabel bawah yang menempel ke GEAR UNIT ASSY menekuk kependekan sama dengan efek
dari digantinya shock Mio J dengan shock X-Ride. Namun yang jadi masalah adalah
angka kilometer tidak berubah saat ban diputar. Gigi nanas yang berada di ruang
GEAR UNIT ASSY tidak konek dengan ujung kabel
speedometer. Gigi tersebut seperti berada pada ruang yang luas, sehingga
bisa bergeser leluasa dan tidak tersentuh kabel speedometer. Kemudian mekanik menyelipkan ring
tipis di sisi luar ruang GEAR UNIT ASSY Mio J tersebut untuk
menahan atau mengganjal gigi nanas agar tetap ke tengah. Hasilnya speedometer
oke lagi.
Kemudian, masalah lainnya
yang saya ketahui setelah motor berada di rumah adalah posisi garis tengah ban
depan yang tidak di garis tengah motor. Hal ini tampak, pertama pada
perbandingan jarak antara (1) pinggiran ban sebelah kanan dengan tabung shock
sebelah kanan, dengan (2) pinggiran ban sebelah kiri ke tabung shock sebelah
kiri. Jarak antara ban dengan tabung di sebelah kanan sekitar 3 mm, sedangkan jarak antara
ban dengan tabung sebelah kiri sekitar 12 mm. Yang kanan lebih sempit
daripada yang kiri.
Kedua, pada perbandingan
antara garis tengah punggung ban dengan garis tengah spatbor. Garis tengah ban
depan tampak bergeser hampir sekitar 8 mm ke kanan dari garis tengah spatbor.
Garis tengah ban (kuning) tidak segaris
dengan garis tengah motor (merah)
Nah inilah barangkali
efek dari pemasangan veleg yang bukan peruntukannya itu. Veleg untuk Mio lama
dipasang di Mio J. Untuk mencari solusinya saya melakukan dua hal : (1) memeriksa
atau membandingkan parts roda depan Mio lama dan parts roda depan Mio J, dan (2)
mengkonsultasikannya ke bengkel.
Tidak mempersoalkannya
bengkel toko variasi A dengan masalah pergeseran garis tengah roda dari garis
tengah motor, dan hanya menyelesaikan bagaimana agar veleg lebar Mio lama
terpasang di Mio J, mungkin karena hanya semata-mata memenuhi keinginan pasien
saja. Efek-efek aneh dari dipasangnya parts non ori lumrah terjadi. Tapi tidak
semuanya segera terdeteksi. Dan seringnya pasien tidak peduli begitu efeknya
dianggap sepele. Namun saya ingin mencari modif yang lebih safe. Untuk itu saya
awali dengan memebandingkan parts roda kedua varian Mio ini. Barangkali ada
yang perlu disesuaikan untuk tetap memasang velg lebar Power untuk Mio lama di
Mio J ini.
Perbandingan Parts Front Cast Wheel
Mio J dengan Parts Front Cast Wheel Mio
Nah, dari tabel di atas terlihat
bahwa ada empat parts roda depan yang berbeda dari Mio lama dan Mio J, yaitu BEARING, COLLAR, WASHER, PLATE, dan
GEAR UNIT ASSY. Dengan adanya perbedaan keempat parts
tersebut, saya menduga bahwa velg depan lebar merk Power untuk Mio lama ini
memang benar-benar tidak langsung PNP jika dipasang di Mio J. Bergesernya
posisi ban ke sebelah kanan dengan efek total sekitar 8 mm dan perlunya ring
pengganjal di ruang gigi nanas GEAR UNIT ASSY untuk Mio J, bisa jadi bersumber
dari keempat parts tersebut. Artinya keempat parts di roda Mio J tersebut harus
di-Mio lama-kan.
Langkah lainnya, pada
tanggal 28 September
2014 (setelah veleg belakang terpasang), saya membawa masalah ini ke
bengkel umum yang memungkinkan telah memahami masalah demikian. Sang bengkel
membongkar roda, memeriksa kondisi veleg dan GEAR UNIT ASSY Mio J. Setelah
diperiksa, ia menjelaskan bahwa ketidakklopannya bukan karena penggunaan GEAR
UNIT ASSY Mio J. Baik dengan menggunakan GEAR UNIT ASSY Mio lama maupun dengan
menggunakan GEAR UNIT ASSY Mio J hasilnya akan sama saja, karena hanya beda
kode. Jadi tidak ada masalah dengan GEAR UNIT ASSY. Menurutnya, sumber
ketidakklopan justru karena terlalu pendeknya bagian dalam velg depan lebar
merk Power untuk Mio lama ini untuk memposisikan gigi nanas pada tempat yang
seharusnya.
Bagian
dalam velg Mio J yang mendorong gigi nanas di ruang GEAR UNIT ASSY.
Mungkin karena telah
dipendekakan atau digerinda untuk tujuan tertentu. Kalau tidak dipendekan
harusnya langsung klop. Wah, lain lagi nih. Sayang saat itu tidak membicarakan
bergesernya garis tengah roda dari garis tengah motor.
Apakah perlunya
pengganjal berupa ring di pinggir gigi nanas dalam ruang GEAR UNIT ASSY Mio J
semata karena bagian dalam velg variasi depan lebar merk Power untuk Mio lama
ini telah digrinda ? Ataukah memang dari pabriknya velg variasi depan lebar
merk Power untuk Mio lama tersebut begitu adanya ?
Apakah kalau keempat
parts tadi di-Mio lama-kan, GEAR UNIT ASSY Mio J tidak akan memerlukan ring
pengganjal gigi nanas dan posisis garis tengah punggung ban akan tepat di
tengah garis tengah motor ? Sehingga seolah tidak membagi rata lebar rimnya ke
kanan dan kiri atau lebih banyak ke kanan saat dipadukan dengan parts Mio J ? Entahlah.
Jawabannya tentu harus me-Mio lama-kan dahulu keempat parts yang dicurigai
tersebut.
Nah, sementara parts roda
depannya belum diklopkan dengan velegnya, dan dengan posisi ban depan lebih ke
kanan seperti itu, berbahaya tidak yeuh terhadap riding ? Lagi-lagi, jawabannya
harus dicoba dikendarai! Ha ha ha !
Memasang veleg belakang
lebar merk Power untuk Mio lama pada Mio J
Pemasangan velg belakang tidak bisa dilakukan
pada hari yang sama dengan pemasangan veleg depan di toko variasi A karena saat
itu sudah sore. Toko variasi A mau tutup. Besoknya tanggal 27 September 2014
saya tidak mendatangi toko variasi A, tapi pindah ke toko variasi B untuk memasang
velg belakang merk Power yang lebarnya 3,0 inchi untuk Mio lama pada Mio J saya.
Saya memilih ban belakang ukuran 110/80-14 karena yang ban belakang yang
lebarnya 110 mm ini paling ideal untuk veleg selebar 3,0 inchi. Ban belakang selebar
ini pasti gasruk ke filter udara Mio J, karena maksimalnya agar tidak gasruk
adalah di bawah 108 mm. Saya ingin tahu, kira-kira apa yang harus disesuaikan
atau dimodif, untuk memasang ban yang sedikit sensasional melebihi ukuran lebar
ban belakang standar di X-Ride yang hanya 100/70-14 ini.
Yang ada di toko variasi tersebut
adalah merk Corsa dengan harga Rp. 210.000. Dipasanglah secara tubless dengan
pentil tubless bengkok seharga Rp. 20.000 yang telah saya beli sebelumnya di
bengkel / toko lain.
Ketika ban tersebut dicoba
dipasang, benar gasruk tuh. Punggung ban setinggi 88 mm (80% X 110 mm, ukuran
ban 110/80-14) itu memang aman-aman saja ke mesin dan box filter udara bagian
tengah, namun lebar ban 110 mm memang melebihi batas maksimal. 108 mm saja ’kan
sudah menyentuh pinggiran box filter udara. Tak heran kalau begitu pasang ban
tersebut langsung macet ga bisa diputar karena gasruk dengan box filter udara
bagian pinggir.
Karena ban Corsa selebar tersebut sudah kadung dibeli, bahkan telah dipasang pada veleg belakang lebar merk Power, saya pikir mending dicoba dipasang agar mengetahui apa yang harus disesuaikan dan bagaimana mengakalinya. Mekanik yang ditantang berpikir pun beraksi dengan :
Karena ban Corsa selebar tersebut sudah kadung dibeli, bahkan telah dipasang pada veleg belakang lebar merk Power, saya pikir mending dicoba dipasang agar mengetahui apa yang harus disesuaikan dan bagaimana mengakalinya. Mekanik yang ditantang berpikir pun beraksi dengan :
1. Memasang ring yang digunakan (a) untuk membuat roda belakang lurus satu garis dengan roda depan, dan (b) sebagai ganjal antara washer
plate (mirip ring juga) dengan sisi veleg bagian dalam sehingga velg menjauh setebal
ring tadi dari waher plate, yang diteruskan dengan menjauhnya pinggiran ban
dari filter udara. Singkatnya, washer plate-nya jadi double. Dalam hal ini, mekanik membuat ring setebal 1 mm tersebut dengan memodif ring yang ada dengan bor agar masuk ke as, karena washer plate ori tidak ada.
Waduh
aman ga ya terhadap ruangan as ? ”Aman”, kata mekanik. Ring tersebut tak akan ke
mana-mana dan tidak akan aus. Kemudian karena ring pengganjal ini relative
tipis, maka mur luar di ujung as pun masuk semua bahkan masih menyisakan
beberapa ulir drat di ujung as.
2. Mengeser / memutar filter udara sehingga tidak
lurus atau melebar ke samping kiri di bagian belakangnya. Upaya ini dilakukan
dengan jalan :
a. Mengganjal baud belakang pengikat
filter udara dengan mesin, dengan lima buah ring. Efeknya, karena baudnya tidak
diganti dengan yang lebih panjang maka ujung baud tidak menepi ke ujung lobang
yang ada di blok mesin.
Baud yang diganjal lima buah ring, dilihat dari sebelah kanan motor
b. Melepas
bos dan dumper karet yang ada pada lobang baud box filter udara sisi kanan
motor. Hal ini terjadi karena lubang baud pada box filter udara tidak lurus
dengan lubang baud pada blok mesin sehingga baud pengikatnya tidak bisa masuk.
Setelah bos dan dumper karetnya dilepas, lubang baud di box filter udara jadi
besar. Baud bisa masuk walau box filter udara tersebut dalam keadaan tidak lurus
atau tidak sejajar dengan blok mesin. Agar tetap terikat atau terjepit,
digunakanlah dua keping ring besar dan kecil yang ditumpuk sehingga baud bisa
menekan / menyatukan box filter udara dengan blok mesin. Kuat memang sepanjang
baud diputar hingga sesak, tapi lama-lama ada yang retak atau bahkan pecah
engga ya pada bagian lubang baud box filter udara yang dipaksa bengkok tersebut
? Ha ha ha setiap modifikasi pasti ada yang dikorbankan. Kali ini begitu
dulu. Memang seharusnya ada solusi yang lebih ’manusiawi’ dan artistik. Namun
yang begitu tentu saja pengerjaan lama dan diperlukan study terlebih dahulu
yang seksama sehingga tingkat ketelitian atau presisi dan artistikanya
tercapai.
Dumper karet dan bos lubang baud box
filter udara yang dilepas,
dilihat dari sebelah kiri motor
sehingga baud bisa menyatukan box filter udara dengan blok mesin dengan
baik
Dengan demikian, tidak seperti veleg depannya, veleg belakang
lebar variasi merk Power untuk Mio lama tidak masalah dipasang di Mio
J. Yang jadi masalah di roda belakang adalah lebar ban yang melebihi batas
maksimal sehingga perlunya menggeser box filter udara. Pantesan kalau X-Ride saja standarnya
pakai veleg belakang dengan lebar 2,5 inchi dan ukuran ban 100/70-14. Ya agar
tidak gasruk.
Lalu cek
rem. Alhamdulillah, rem belakang tidak ada masalah berarti. Hanya perlu setting-an
lebih dalam mengingat velg lebar variasi untuk Mio lama merk Power ini
second-an sehingga tepi terombolnya sudah sedikit terkikis kampas rem agak
dalam.
Terakhir bayar-bayar. Urusan enam ring, satu ring agak besar, dan modif ring dengan dibor minta
Rp. 3000. Jasa mekanik minta Rp. 10.000. Wow murah sekali. Beres sudah semuanya
! Hasilnya, motor jadi tambah tinggi dibanding dengan menggunakan velg dan ban
standar Mio J. Tampilan struktural motor tidak lagi seperti plang, papan yang
berisi tulisannya besar, tiangnya kecil. Sekarang baru harmoni. Gendut dari
atas sampai ke bawah.
Saat parkir dengan standar samping cukup kemiringannya. Saat parkir
dengan standar tengah sangat seimbang. Saat diturunkan dari standar tengah
tidak menimbulkan suara keras mengguprak lagi, karena ban belakang yang besar
tersebut berjarak tidak terlalu jauh dengan tanah.
Dan ending ceritanya tentu saat dikendarai ! Nah, saat dikendarai, motor terasa begitu tambleg (stabil). Mungkin karena bobotnya bertambah berat dan makin lebarnya tapak ban yang menempel ke jalan. Dengan kecepatan 40 km/jam terasa begitu tenang. Anteng tenan. Nyaman kayanya buat touring. Kemudian saat berada di jalan lurus dan sepi, saya coba membawanya lari hingga 80 km/jam - top speednya Mio J standar real. Horee . . . tetap stabil dan nyaman. Namun tentu saja tidak selincah standarannya. Yaa . . . consequence always follows the choice ! Saat berbelok dalam keadaan agak cepat harus ditambah dengan memiringkan badan atau menjatuhkan kaki sebelah ala Rossi. Serasa mimpi naik moge touring ha ha ha.
Untuk itu, pada tanggal 11 Nopember 2014, saya memesan keempat parts Mio lama dimaksud ke dealer dan beres Yamaha A. Harganya :
Dan ending ceritanya tentu saat dikendarai ! Nah, saat dikendarai, motor terasa begitu tambleg (stabil). Mungkin karena bobotnya bertambah berat dan makin lebarnya tapak ban yang menempel ke jalan. Dengan kecepatan 40 km/jam terasa begitu tenang. Anteng tenan. Nyaman kayanya buat touring. Kemudian saat berada di jalan lurus dan sepi, saya coba membawanya lari hingga 80 km/jam - top speednya Mio J standar real. Horee . . . tetap stabil dan nyaman. Namun tentu saja tidak selincah standarannya. Yaa . . . consequence always follows the choice ! Saat berbelok dalam keadaan agak cepat harus ditambah dengan memiringkan badan atau menjatuhkan kaki sebelah ala Rossi. Serasa mimpi naik moge touring ha ha ha.
Penyempurnaan
Posisi roda depan yang
tidak segaris dengan garis tengah motor tetap membuat saya tidak tenang dan
penasaran apa penyebabnya. Selain alasan keamanan, saya pun ingin tahu mana
yang benar. Apakah karena bagian dalam velg depan lebar Power untuk Mio lama
second-an ini memang telah digerinda atau dipendekan, atau akibat tidak
digantinya empat parts roda Mio J dengan parts Mio lama? Atau karena hal lain,
yang berarti keduanya salah dan the truth is out there ?
Untuk itu, pada tanggal 11 Nopember 2014, saya memesan keempat parts Mio lama dimaksud ke dealer dan beres Yamaha A. Harganya :
Bayar DP Rp. 150.000. Dua
hari kemudian ada SMS dari beres Yamaha A bahwa pesanan sudah ada. Besoknya
saya ambil dengan melunasi sisanya terlebih dahulu. Namun ketika dipesriksa
GEAR UNIT ASSY-nya bernomor part 5TL-F5190-01 (untuk Mio J dan X-Ride) bukan
5TL-F5190-00 (untuk Mio lama), padahal pesan dengan kode 5TL-F5190-00. Mungkin
benar bahwa secara mekanis keduanya tidak beda sehingga bisa interchangeable.
Yaah punya dua jadinya tuh GEAR UNIT ASSY yang sama. Kalau tahu mah nggak usah
pesan itu part. Terus diperiksa lagi, ternyata WASHER, PLATE untuk Mio lama
yang bernomor part 90201-101J1 bisa interchangeable
dengan punya Mio J yang bernomor part 90201-10831 karena hanya ganjal mur luar
di ujung as. Nggak usah pesan deeh. Hadeuh !
Tanggal 16 Nopember 2014
saya bawa motor saya ke toko variasi B, karena saya terkesan dengan si Blek
(Black) yang memasang roda belakang, untuk membetulkan roda depan yang terlalu
mepet ke sebelah kanan itu. Sayang mekanik yang mengesankan itu tidak masuk
kerja, maka ditanganilah oleh mekanik yang ada - yang lebih yunior darinya. Ia
pun beraksi seperti keinginan saya, roda depan dibongkar. Ketika diakurkan
BEARING untuk Mio lama yang bernomor part 93306-300X8 kata mekanik tiada
bedanya. Hadeuh kaduhung mesen atuh ah ! Dari keempat parts roda depan Mio lama
yang berbeda nomor part dengan punya Mio J itu sudah tiga parts yang ’sia-sia’
dibeli. Tinggal satu lagi, COLLAR. Nah kalau yang ini baru kelihatan bedanya,
sekitar 2 mm lebih panjang dari punya Mio J. Lalu dipasanglah si COLLAR Mio
lama ini menggantikan punya Mio J. Hasilnya, roda bergeser lebih ke tengah, namun
jarak antar kedua tabung shock depan tampak sedikit melebar di bagian as
(ngajegang, mengangkang) seperti huruf A dan GEAR UNIT ASSY tidak berfungsi. Lalu
ring pengganjal gigi nanas di dalam ruang GEAR UNIT ASSY yang dipasang oleh
mekanik toko variasi A saya minta dilepas. Hasilnya tetap mengangkang dan GEAR
UNIT ASSY tidak berfungsi. Agar tidak mengangkang, sang mekanik mengatakan ada
dua cara : (1) memotong SPACER (bos antara dua BEARING) atau (2) mengupas
bagian GEAR UNIT ASSY yang masuk ke veleg, walau tidak menjamin part tersebut
berfungsi setelah dikupas. Wah, saya putuskan sudah saja karena sudah sore.
Nanti saja balik lagi. Ia minta dibayar Rp. 15.000. Memotong SPACER, mengupas GEAR
UNIT ASSY, serta bongkar pasang mencari kesesuaiannya akan makan waktu.
Karena kesibukan, baru
tanggal 21 Nopember 2014 saya bisa kembali ke toko variasi B. Kedua mekanik -
si Blek dan yang lebih yuniornya - yang terlibat dalam mengurus roda sebelumnya
ada. Kepada si Yunior saya katakana mari melanjutkan gagasannya itu, eh ia
malah langsung menyerahkan ke si Blek, dan dia lebih memilih motor pasien lain.
Bagi saya tak mengapalah. Memang yang dicari toh si Blek ini.
Berbeda dengan si Yunior,
si Blek sering merenung sambil mengamati parts roda sebelum bertidak.
Menurutnya, kedua gagasan si Yunior itu tidak usah. Setelah membongkar roda depan, ia
memukul-mukul BEARING dari kedua sisinya hingga lebih masuk ke veleg lebar
Power untuk Mio lama itu. Kemudian memasangnya kembali. Lurus dan sejajarlah
kedua tabung shock depan X-Ride itu. Kini posisinya lebih baik tidak ngajegang lagi. Ketika dikeceng antara ban dengan spatbor, yang
sebelumnya terlihat bergeser 1 cm itu, kini tinggal 1-2 mm saja. Setelah itu, ia
mengutak-atik kabel speedometer dan menyambungkannya ke GEAR UNIT ASSY milik
Mio J (ring pengganjal gigi nanas yang dipasang mekanikk toko variasi A sudah dilepas).
Hasilnya, GEAR UNIT ASSY jalan ! Terakhir ia mengeceng spatbor depan, dan
katanya spatbor depan ini sudah melintir. Mungkinkah karena kepanasan saat
dipotong gerinda di toko variasi A ? Tidak tahu. Yang jelas ia kemudian
menganti dua dari tiga mur pengikat spatbor ke segitiga garpu dengan diganjal
ring. Hasilnya spatbor lurus ke depan lagi. Oooh ini dia masalah sebenarnya, bukannya garis tengah roda tidak tepat segaris dengan garis tengah motor, tapi spatbor yang sedikit meleot. Ck ck ck !
Setelah semuanya
dipandang selesai, ia minta dibayar Rp. 10.000, sama besarnya seperti saat
memasang roda belakang. Ck ck ck. Duh gak tega, saya tambah Rp. 10.000 lagi dan
sebungkus Sampoerna Mild minus tiga batang karena sudah saya hisap. Bravo Blek
!
Kini segalanya terpuaskan. Jalan tidak rata tidak saya takuti lagi. Di jalan depan jembatan timbang yang ironisnya selalu rusak itu tinggal seruduk saja !
Kini segalanya terpuaskan. Jalan tidak rata tidak saya takuti lagi. Di jalan depan jembatan timbang yang ironisnya selalu rusak itu tinggal seruduk saja !
Catatan
- Lebih manis memodif Mio J pakai part
(variasi) untuk Mio J lagi. Begitu juga dengan veleg lebar variasinya, jangan
pakai untuk yang lain, agar bisa PNP atau memungkinkan tidak banyak memerlukan penyesuaian yang serius.
- Ban depan cukup dengan ukuran 80/80-14 saja
agar tidak memotong spatbor.
- Ban belakang cukup dengan ukuran 100/80-14
saja agar ia mulus berputar dengan leluasa tanpa harus memelintir filter udara. Tapi, ketika beberapa bulan kemudian, saya melepas kelima ring yang memelintirkan filter udara, sehingga filter udara terpasang normal, ban ukuran 110/80 yang digunakan pada roda belakang itu aman-aman saja.
- Mempelajari part dari kode part-nya memang
membantu, tapi tidak sebaik dengan melihat partnya langsung, karena part dengan
kode yang berbeda itu ternyata secara fisik dan mekanis kadang sama.
- Pengetahuan mekanik yang satu dengan yang
lain berbeda. Alangkah senangnya jika mendapat mekanik yang baik gagasan dan
pekerjaannya, apa lagi jika pula berhati baik.